Jauh lebih sempurna pembakarannya
Dumai (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Profesor Mohamad Nasir optimistis kebutuhan impor BBM Indonesia bisa dikurangi dengan penerapan Katalis Merah Putih untuk memproduksi bahan bakar nabati.
Hal itu disampaikannya saat meninjau uji aplikasi Katalis Merah Putih di Kilang Pertamina Unit DHDT Kilang Refinery Unit II Dumai, Riau, Kamis.
Pada tahap pengujian katalis itu, Pertamina mampu menghasilkan 12 ribu barel diesel nabati per hari yang pembuatannya membutuhkan 10 persen minyak sawit atau 1.200 barel minyak sawit dan 90 persen minyak fosil.
Dengan menggunakan 10 persen minyak sawit sebagai bahan baku dalam produksi diesel nabati, negara bisa menghemat Rp25 triliun per tahun.
"Bisa mengurangi 10 persen dari total impor (minyak) yang menghabiskan 17,6 miliar dolar per tahun atau hemat 1,6 miliar dolar atau Rp25 triliun per tahun," kata Menteri Nasir.
Pihaknya pun mendorong agar porsi sawit sebagai bahan baku produksi diesel nabati ditingkatkan sehingga menurunkan persentase kebutuhan minyak fosil.
"Ini yang harus kita tingkatkan (kebutuhan sawit sebagai bahan baku, red.). Sudah saatnya Indonesia mendapatkan bahan bakar alternatif dari sumber domestik yang terbarukan yaitu minyak sawit," katanya.
Menteri Nasir menyambut baik inovasi itu karena inovasi katalis penghasil bahan bakar nabati menjadi salah satu solusi untuk mendongkrak harga sawit yang saat ini sedang jatuh sekaligus mengurangi impor migas.
“Untuk itulah, saya melihat kehadiran inovasi katalis untuk menghasilkan Bahan Bakar Nabati (BBN) menjadi salah satu solusi untuk mendongkrak kembali harga sawit kita dan sekaligus mengurangi ketergantungan kita terhadap impor minyak," kata dia.
Katalis Merah Putih merupakan hasil riset Institut Teknologi Bandung dengan PT Pertamina yang didanai oleh Direktorat Penguatan Inovasi Kemristekdikti sejak 2017.
Ada tujuh dosen ITB beserta sejumlah mahasiswa S3, S2, dan S1 ITB yang terlibat dalam mengembangkan riset Katalis Merah Putih bersama dengan pihak Pertamina.
"Skala kecil di ITB. Skala besar pengujiannya di laboratorium Pertamina Jakarta, setelah itu berhasil baru masuk (uji) di reaktor 14 ton," kata Kepala Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis Institut Teknologi Bandung (TRKK ITB) Subagjo.
Dari segi kualitas, diesel nabati memiliki angka setana 58, lebih baik daripada diesel dari minyak fosil murni yang angka setananya 51.
"Jauh lebih sempurna pembakarannya," kata Subagjo.
General Manager Pertamina Refinery Unit II Dumai Nandang Kurnaedi mengatakan untuk sementara Katalis Merah Putih masih dalam tahap uji coba 12 persen minyak sawit untuk pembuatan diesel nabati.
Nanang optimistis teknologi ini merupakan salah satu jalan untuk membantu Indonesia menuju swasembada energi.
Namun demikian, dalam mengembangkan riset ini, pihaknya mengaku ada sejumlah hambatan, yakni keterbatasan penyimpanan RPDPO dan bahan baku hidrogen.
"Untuk kebutuhan pengembangan lebih lanjut, masih ada keterbatasan penyimpanan RPDPO, untuk konsumsi hidrogen juga harus kami siapkan dengan baik," kata Nanang.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019