"Kami sudah imbau bahkan melarang agar kendaraan yang berbobot lebih dari tiga ton agar sementara tidak melewati jalan ini dahulu, karena kondisinya bisa semakin amblas dan tidak menutup kemungkinan terjadi kecelakaan lalu lintas," kata Kepala Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung Agus Sudrajat di Sukabumi, Kamis.
Ia mengatakan meskipun udah ada larang tersebut masih banyak kendaraan berbobot di tas tiga ton yang tetap melintas dan terbukti banyak yang mogok, rusak hingga terguling. Akibat ngeyelnya sopir truk tersebut pihaknya sudah enggan memberikan bantuan jika terjadi kecelakaan akibat terlalu memaksakan melintas.
Menurutnya, kondisi yang serba darurat ini apalagi masa tanggap darurat bencan sudah dicabut sehingga tenaga personel terbatas, maka dari itu perlu etika dan kesadaran dari pengguna kendaraan yang memiliki bobot besar agar tidak melintas tetapi menggunakan jalan alternatif lainnya.
Dia mengatakan jalan raya milik Provinsi Jabar ini memang merupakan jalur utama yang menghubungkan Sukabumi dengan wilayah Pajampangan serta berbagai objek wisata unggulan Kabupaten Sukabumi.
Namun, kata dia, dengan kondisi tanah yang seperti ini jika dilakukan perbaikan pun tidak bisa maksimal terkecuali menunggu sampai tanah berhenti bergeser terkecuali menggunakan kontruksi yang canggih untuk bisa menahan getaran dan lainya.
"Yang terpenting sekarang ini perilaku pengguna jalan yang ingin melintas lokasi bencana tersebut diperbaiki, jika membawa muatan besar dengan total bobot seluruhnya tiga ton atau lebih agar menggunakan jalur lainnya," ujarnya.
Agus mengatakan kerusakan dan amblasnya jalan setiap waktu semakin parah, bahkan dipastikan jalan ini bisa saja terputus karena kontur tanah semakin labil ditambah hujan terus turun hampir sepanjang hari. Namun yang paling penting saat ini adalah bagaimana menyelamatkan ratusan korban bencana yang bertahan di pengungsian.
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019