Jakarta (ANTARA News) - Pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota DKI Jakarta sangat mendesak dilakukan untuk mengatasi kemacetan dalam waktu dekat ini karena cepat dikerjakan dan dari segi teknologi dan dana paling memungkinkan. "Namun cara-cara lain untuk mengatasi kemacetan juga dikembangkan," kata Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Hendro Sayogo, di Jakarta, Selasa, saat ditanya rencana pembangunan enam ruas jalan tol di Jakarta. Ia mengatakan, kondisi kemacetan di Jakarta jangan dibiarkan seperti saat ini. "Harus dicari solusinya yang paling mungkin dilakukan," katanya. Hendro mengatakan, pembangunan jalan tol paling mungkin dilakukan karena Indonesia sudah mampu menguasai teknologi pembangunannya. Hendro mengatakan, memang ada cara lain yang bisa untuk mengatasi kemacetan seperti monorel, subway dan lainnya. Namun, katanya, Indonesia belum menguasi teknologinya serta memerlukan dana yang sangat besar sehingga sulit dilakukan untuk jangka pendek. "Indonesia juga akan sangat tergantung luar negeri," katanya. Namun pembangunan subway, monorel, angkutan masal lain dan cara lainnya bukan berarti dihentikan. Semua cara tersebut bisa dilakukan, namun yang paling mungkin saat ini adalah pembangunan jalan tol, katanya. Ia juga heran dengan pendapat bahwa pembangunan jalan tol tersebut berpotensi merugikan ekonomi rakyat. Ia mengatakan, jika lalu lintas dari luar kota menuju dalam kota lancar perekonomian bisa berjalan dengan baik. Selain itu, katanya, angkutan umum yang biasanya memerlukan waktu lama untuk mencapai tempat tujuan maka bisa dipersingkat yang berarti dilakukan efisiensi. Berkurangnya kemacetan juga bisa mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Jika lalu lintas lancar maka semakin sedikit BBM yang diperlukan. Ia juga mengingatkan bahwa rasio luas jalan dengan luas kota di Jakarta masih sangat kecil. Ia mencontohkan, kota Tokyo mempunyai rasio ruas jalan dengan ruas kota sebesar 19 persen. Padahal kota tersebut juga mempunyai jaringan transportasi yang bagus. Sementara itu Jakarta yang mempunyai jumlah penduduk hampir sama namun dengan sistem transportasi yang buruk hanya mempunyai rasio enam persen.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007