“Produk kami sampai sekarang ada di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Jawa masih sedikit karena di sana pasarnya truk transportasi,” kata Manager Penjualan Sinotruk Kenn Li kepada Antara di Jinan, Kamis.
Perusahaan otomotif truk dari berbagai jenis yang berkantor pusat di Ibu Kota Provinsi Shandong itu merambah pasar Indonesia sejak 2003.
Sampai saat ini, sekitar 5.000 unit produk Sinotruk beredar di Indonesia, terutama di lokasi-lokasi industri pertambangan di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Perusahaan yang berdiri sejak 1960 itu tidak ingin buru-buru membuka pabriknya di Indonesia, seperti beberapa perusahaan otomotif asal China lainnya.
“Mungkin empat atau lima tahun mendatang kami baru punya rencana itu,” kata Kenn saat ditemui di ruang pamer kantor pusat Sinotruk itu.
Di Indonesia, Sinotruk menjual produknya dengan harga Rp1 miliar untuk jenis truk jungkit dan Rp800 juta untuk jenis kargo.
Meskipun pasarnya berada di ketiga pulau tersebut, empat dari lima agen dan kantor Sinotruk berada di Pulau Jawa.
“Dengan adanya diler kami di Indonesia, maka konsumen kami di sana tidak perlu bingung dengan suku cadang, termasuk juga layanan purnajual,” ujarnya.
Kenn mengklaim produknya di Indonesia mampu bersaing dengan produk-produk dari Jepang dan Eropa.
Dalam satu tahun, Sinotruk mampu memproduksi 300 ribu unit, yang sebanyak 36 ribu di antaranya diekspor ke 100 negara.
Untuk truk alat berat, Sinotruk menggunakan merek Howo, Sitrak, Hohan, dan STR, sedangkan truk ringan bermerek dagang Howo, Wangpai, dan Homan yang semua proses produksinya mulai dari mesin hingga perakitan dilakukan di China.
Selain untuk keperluan berbagai industri, produk-produk Sinotruk juga bisa digunakan untuk keperluan militer.
Baca juga: Penjualan truk China meningkat di Januari
Baca juga: China mulai kembangkan truk berbahan bakar hidrogen
Baca juga: Korea Utara pakai truk China pamerkan peluru kendali kapal selam
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019