Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan tingkat kemiskinan pada 2007 telah mencapai 16,5 persen, turun drastis dibanding awal tahun 1998 ketika terjadi krisis ekonomi, dengan tingkat kemiskinan mencapai 24,2 persen. Presiden Yudhoyono mengungkapkan hal itu saat memberikan sambutan pada Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-79 Tahun 2007, di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa. Pidato Kepala Negara seperti membantah iklan layanan di media elektronik dari salah satu Partai Politik calon peserta Pemilu 2009 yang menyebutkan tingkat kemiskinan masih tinggi atau sekitar 49,5 persen. "Saya katakan secara jujur tren penurunan angka kemiskinan terus berlanjut, namun angkanya tidak seperti yang banyak diberikan di luar sana yang mencapai 49,5 persen. Itu tidak akurat," kata Presiden. Menurutnya, dari tahun ke tahun angka kemiskinan menurun. Jika pada 1998 mencapai 24,1 persen, pada 2005 telah mencapai 15,9 persen. Namun pada 2006 kembali meningkat karena krisis energi dengan naiknya harga minyak dunia. Ia menjelaskan angka penduduk miskin sebesar 49,5 persen itu merujuk pada Bank Dunia, sehingga berbeda dengan yang digunakan pemerintah, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS). "Sejak dulu kita menggunakan BPS, sehingga kalaupun ada yang menggunakan data Bank Dunia sama saja tidak benarnya," tegas Kepala Negara. Pada kesempatan itu, Presiden memuji penyelenggaraan Peringatan Hari IBu yang mengangkat masalah kemiskinan dan ketertinggalan kaum perempuan di Indonesia. "Saya setuju kita harus menjadi bangsa yang jujur, dan memang permasalahan kemiskinan dan ketertinggalan masih menjadi masalah fundamental di negeri ini, seperti halnya juga dialami negara berkembang lainnya," kata Presiden. Ia menerangkan sejak 10 tahun lalu Indonesia mengalami krisis yang dahsyat, sehingga mengakibatkan tingkat kemiskinan meningkat tajam, pengangguran melonjak, dan utang luar negeri meroket. "Kita terus dari tahun ke tahun berusaha mengatasinya, termasuk pendahulu saya Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur dan Megawati terus terlibat melakukan upaya besar mengurangi kemiskinan dan pengangguran demi mensejahterakan rakyat. Alhamdullilah...sesungguhnya keadaan sudah semakin membaik," katanya. Namun, ujar Kepala Negara, tidak jujur juga jika ada yang mengatakan keadaan saat ini sama saja atau lebih buruk dibanding masa lalu saat negara ini mengalami keterpurukan. "Yang saya tahu semua pihak telah bekerja, termasuk Gubernur, Bupati, untuk mengatasi masalah secara bersama-sama," katanya. Sedangkan bagi kaum perempuan, Presiden berpesan agarmelakukan kegiatan nyata yang disertai etos kerja dan produktivitas tinggi demi memutus mata rantai kemiskinan. "Saya meminta kaum perempuan untuk meningkatkan tekad mengisi pembangunan di era kebangkitan, bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi juga menjadi yang utama memajukan kehidupan bangsa," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007