Kepesertaan Indonesia pada IBE telah memasuki tahun ke-5 terhitung sejak tahun 2015 dan tahun ini Pavilion Indonesia yang berlokasi di lantai 2 menampilkan 11 perusahaan untuk produk kecantikan, kosmetika dan SPA, suplemen serta aksesori seperti kaos kaki halal dan tas kulit
.
Perusahaan yang berpartisipasi pada IBE kali ini adalah Cemara Ayu Sdn Bhd, CV. Franaspa Natura Aromatica, CV. Garut Kulit Internasional, G Herbal, Kamaria Spa, Lollitattoo Lollinails, PT Arafa Arinaya Asia, PT. Fabindo Sejahtera, PT. Martina Berto Tbk, PT. Mustika Ratu (M) Sdn Bhd dan Soka Sock Malaysia Sdn Bhd.
Selain Malaysia dan Indonesia, terdapat pula ekshibitor dari negara lain Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan China.
Pavilion Indonesia dibuka secara resmi oleh Wakil Kepala Perwakilan KBRI Kuala Lumpur, Krishna KU Hannan, yang juga hadir pada prosesi opening ceremony International Beauty Expo 12 Mei 2019.
"IBE telah menjadi salah satu agenda rutin KBRI Kuala Lumpur dalam upaya mempromosikan produk kosmetika dan SPA. Meningkatnya minat konsumen Malaysia terhadap produk kosmetika dan SPA halal harus kita jadikan sebagai peluang untuk memperluas pasar produk kosmetika dan SPA Indonesia," ungkap Khrisna KU Hannan.
Kepesertaan Indonesia pada Pameran IBE tahun 2019 dibandingkan dengan 2018 tidak terdapat perubahan jumlah peserta.
Berdasarkan data KBRI KL tahun 2018 tercatat total nilai potential order sebesar 191,531.03 dollar AS dan transaksi ritel sebesar 5,804.43 dollar AS.
Atase Perdagangan KBRI Kuala Lumpur, Rifah Ariny mengatakan berdasarkan data Department of Statistic Malaysia, nilai impor Malaysia pada 2018 untuk produk kosmetika dan SPA dengan nomor HS 3304 tercatat sebesar 453 juta dollar AS, dengan 10 negara terbesar yang mensuplai adalah Korea Selatan, Amerika Serikat, Thailand, Singapura, Jepang, Perancis, China, Taiwan, Switzerland dan Italia.
Indonesia saat ini masih menduduki posisi ke 11 sebagai negara pensuplai kosmetika dan SPA ke negara Malaysia dengan nilai impor sebesar 12,02 juta dollar AS.
Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 3,6 persen jika dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu sebesar 11,6 juta dollar AS.
"Peningkatan nilai importasi sebesar 3,6 persen memberikan sinyal bahwa produk kosmetika dan SPA Indonesia diterima di pasar Malaysia. Tidak dapat dipungkiri bahwa kosmetika Korea memang masih menjadi leading produk, hal ini sangat dipengaruhi oleh euphoria K-POP. Melihat kondisi tersebut, maka kita harus berani menspesialisasikan produk di luar produk yang menjadi trendsetter, sebagai contoh produk SPA Indonesia yang harus dilakukan branding sebagai 'The Truly SPA Product' di dunia," ujar Rifah Ariny.
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019