Jakarta (ANTARA News) - Mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas menegaskan, dukungan Indonesia bagi upaya kemerdekaan Palestina bukan karena bertalian dengan agama, tetapi akibat masalah prinsip. "Banyak kalangan yang salah paham mengaitkan dukungan Indonesia kepada Palestina dengan agama," kata Ali Alatas dalam acara dialog mengenai "Peran Indonesia dalam Proses Perdamaian Timur Tengah Pasca-Konferensi Annapolis", di Jakarta, Senin. "Sesungguhnya dukungan Indonesia kepada Palestina itu semata-mata karena masalah prinsip yang termaktub dalam konstitusi," ujar Alatas, yang juga anggota Dewan Penasehat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk Urusan Luar Negeri. Untuk mendukung pendapatnya, mantan diplomat karir itu mengutip naskah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan". "Nah, prinsip inilah yang dipegang teguh oleh pemerintah Indonesia, jadi bukan karena kesamaan agama," ujar Altas. Bertalian dengan prinsip itu, Alatas mencontohkan Indonesia juga sebelumnya telah turut berperan aktif dalam kemerdekaan di Afrika Selatan, Namibia. Begitu pula dalam proses perdamaian di Kamboja, dan Filipina. "Semua itu berdasarkan bukan karena kedekatan agama, tetapi masalah prinsip yang dianut konstitusi negara," ujarnya menegaskan. Di sela-sela acara itu, Alatas kepada ANTARA menyayangkan beberapa kalangan yang mengaitkan persoalan Palestina dengan Islam. "Saya sangat menyayangkan sikap yang mengaitkan Islam dengan perjuangan kemerdekaan Palestina. Sikap itu tidak hanya di Indonesia, tapi juga di beberapa negara lainnya," katanya. Pernyataan Altas itu sempat disanggah oleh Agus Sudarmaji dari Jama`ah Muslimin (Hizbullah). "Saya tidak setuju dengan pendapat Pak Alatas karena masalah Islam sangat kental dalam konflik Palestina-Israel," ujar Agus. Menanggapi hal itu, Alatas mencontohkan bahwa saat ia betugas mengemban misi diplomasi Indonesia di PBB, New York, wakil Palestina di PBB ketika itu justru adalah seorang Kristen. "Rakyat Palestina sendiri selain Islam, juga agama Kristen dan lainnya, yang sama-sama berjuang untuk kemerdekaan," ujarnya, seraya menandaskan, "Hal itu menandakan bahwa perjuangan kemerdekaan Palestina adalah persoalan nasionalisme dan bukan masalah agama". Alatas menyatakan kekhawatirannya bahwa pengaitan agama itu dapat menimbulkan bentrokan antar peradaban, khususnya antara Islam dengan Barat. "Jadi hendaknya kita harus hati-hati mengaitkan itu. Dan bila hal itu tidak segera diselesaikan, maka akan menimbulkan benturan antar peradaban," katanya. Ada pun peran Indonesia dalam krisis Timur Tengah, Alatas mengemukakan pendekatan Indonesia tidak hanya menyangkut proses perdamaian Palestina-Israel, tapi juga Israel-Arab secara keseluruhan. Kendati demikian, ia menggarisbawahi bahwa kemerdekaan negara Palestina merupakan kunci proses damai Timteng. Acara dialog yang disponsori The Habibie Center, Grup Waspada, harian Republika, dan harian Jakarta Post itu menampilkan pembicara selain Alatas, juga Duta Besar AS Cameron Hume, Dubes Palestina Fariz Mehdawi, dan Direktur Program dan Riset The Habibie Center, Dewi Fortuna Anwar. (*)
Copyright © ANTARA 2007