Bukan 'fardhu kifayah', ini 'fardhu 'ain' bukan pemerintah saja tapi masyarakat harus bekerja membangun budaya perdamaian, toleransi, koeksistensi, dan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi komitmen bersama
Jakarta (ANTARA) - Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Syafiq A Mughni kembali mengingatkan tentang pentingnya komitmen koeksistensi umat beragama.
Syafiq di Jakarta, Rabu, mengatakan koeksistensi atau keadaan hidup berdampingan secara damai di antara perbedaan tidak boleh memicu terhalangnya kerja sama di lingkungan nasional dan global.
Pada acara Diskusi Kemanusiaan dan Perdamaian Dunia "Solidaritas untuk New Zealand and Sri Lanka" itu, dia mengatakan upaya menjalin koeksistensi memiliki benang merah, yaitu tentang nilai-nilai universal kemanusiaan meski terdapat perbedaan beragama dari masing-masing unsur masyarakat global.
"Bukan 'fardhu kifayah', ini 'fardhu 'ain' bukan pemerintah saja tapi masyarakat harus bekerja membangun budaya perdamaian, toleransi, koeksistensi, dan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi komitmen bersama," kata dia.
Koeksistensi, lanjut Syafiq, harus terus dipupuk sehingga terjadi keharmonisan umat beragama.
Dengan adanya kesadaran koeksistensi, kata dia, maka tindakan-tindakan ekstrem, radikal, dan terorisme dapat ditekan.
Syafiq mengatakan tindakan ekstrem harus terus diperangi.
Aksi-aksi radikal, kata dia, dapat terjadi di mana saja, tidak hanya di area konflik bahkan di kawasan aman sekalipun.
Dia mencontohkan tentang bagaimana Sri Lanka dan Selandia Baru yang dikenal aman ternyata juga mengalami serangan terorisme yang mendompleng suatu ideologi dan atau agama.
Padahal, ujar dia, terorisme itu tidak memiliki ideologi dan agama.
"Bahwa musibah seperti itu bisa terjadi di manapun, meski negara paling aman, apalagi daerah konflik bisa terjadi," kata dia.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019