Jakarta (ANTARA News)- Bank Indonesia (BI) diperkirakan segera memasuki pasar melepas cadangan dolar AS untuk mengantisipasi tekanan negatif terhadap rupiah agar tidak terpuruk hingga level Rp9.400 per dolar AS. "BI khawatir apabila rupiah mencapai Rp9.400 per dolar AS, maka mata uang Indonesia itu akan terus terpuruk yang akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Minggu. Menurut dia, BI menginginkan rupiah yang aman tetap berada pada kisaran antara Rp9.200 sampai Rp9.400 per dolar AS. Namun bila rupiah menguat, hal itu lebih diharapkan karena dengan menguatnya mata uang Indonesia, biaya impor minyak mentah dunia akan sedikit lebih murah. Rupiah, lanjut Kostaman, saat ini memang mendapat tekanan pasar, karena para konsumen membutuhkan dolar AS untuk menyambut liburan panjang akhir tahun. "Hal ini merupakan hal yang biasa terjadi dan pada awal tahun depan kemungkinan rupiah akan kembali membaik, karena pelaku cenderung melepas dolar AS," katanya. Menurut dia, rupiah akan mendapat sentimen positif lagi, bila bank sentral AS (The Fed) pada awal tahun depan akan kembali menurunkan suku bunganya untuk memicu pertumbuhan ekonominya yang melambat. "Penurunan 25 basis poin yang lalu masih mengecewakan pasar. Bila The Fed menurunkan suku bunga Fedfund sebesar 50 basis poin lagi kemungkinan besar akan memicu rupiah menguat," ucapnya. Untuk pekan depan, lanjut Kostaman, rupiah masih akan berkisar antara Rp9.330 sampai Rp9.350 per dolar AS, dengan tekanan yang moderat untuk rupiah, utamanya berasal dari membaiknya dolar AS terhadap yen dan euro sepanjang pekan lalu yang didukung dengan membaiknya data retail AS. Dolar AS terhadap yen saat ini mencapai 111 yen lebih dan terhadap euro sebesar 1,4625 per dolar AS. Peluang rupiah untuk menguat masih ada pada awal tahun depan, untuk sisa waktu bulan ini diperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran yang sempit, ujarnya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007