Dili (ANTARA News) - Perdana Menteri Timor Timur Xanana Gusmao mencela ketakhadiran seorang buron, yang memimpin pemberontakan pada 2006 terhadap pemerintah, dalam pembicaraan perdamaian dengan petinggi pada hari Minggu. Pemerintah melancarkan pemburuan besar atas Alfredo Reinado, mantan polisi tentara, sesudah ia lari dari penjara pada Agustus 2006. Presiden Jose Ramos-Horta menghentikan pencarian itu pada Juni dalam upaya memulai pembicaraan. "Saya akan memberi Alfredo dan Salsinha (satu di antara wakil utama Alfredo) satu kesempatan terahir untuk datang dan jika mereka tidak lakukan, itu berarti mereka tidak menyumbang apa pun dan tidak mau menyelesaikan masalah ini," kata Gusmao. Pasangan itu tidak menggunakan kesempatan terahir untuk memenuhi tawaran pemerintah, kata Gusmao, dengan menyatakan sekarang "tidak ada cara lain", tapi tidak merinci. Pertempuran kelompok di antara pasukan keamanan menewaskan sedikit-dikitnya 37 orang dalam pemberontakan April dan Mei 2006 dan memaksa penjaga perdamaian asing didatangkan untuk memulihkan ketenangan. Reinado ditangkap dengan tuduhan penyebaran gelap senjata, mangkir dan upaya pembunuhan sesudah kerusuhan tersebut, tapi kemudian lolos dari penjara. Reinado terahir bertemu dengan pejabat pemerintah pada Agustus. Keamanan Timor Timur tampak mantap, tapi bantuan asing masih diperlukan, kata kepala perutusan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa ahir November. Sebagian besar pasukan asing tersebut masih berada di Timor Timur untuk ronda guna menjaga keamanan, sedangkan ribuan orang masih berada di tampungan, karena tidak dapat pulang atau terlalu takut pulang. Kelompok Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu, yang mengadakan lawatan sepekannya, bertemu dengan presiden, perdana menteri, partai politik, lembaga swadaya masyarakat dan yang kehilangan tempat tinggal, kata ketua kelompok itu, Dumisani Kumalo. "Kesan umum kami adalah negara ini baik-baik saja dan keamanannya tampak bagus sekali, tapi masih memerlukan banyak bantuan asing," kata Kumalo dalam jumpa pers. "Kami akan kembali ke New York untuk menyusun laporan kepada Dewan Keamanan. Saya bisa memastikan kepada Anda bahwa bantuan asing bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengerjakan tugasnya akan terus berlanjut," kata Kumalo, yang juga Dutabesar Afrika Selatan untuk badan dunia tersebut. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebelum kunjungan itu, menyatakan kegiatan itu untuk menegaskan tekad badan dunia tersebut pada kedaulatan dan ketenangan jangka panjang Timor Timur. Terdapat tiga masalah besar di Timor Timur, kata Kumalo, berdasarkan atas pembicaraan dengan warga, yang membawa mereka ke dua daerah di luar ibukota negara itu, Dili. Masalah itu adalah perkara pemimpin pemberontak, Alfredo Reinado, yang masih dalam pelarian; warga kehilangan tempat tinggal; dan keluhan belum terselesaikan dari yang disebut "pembuat pernyataan", yaitu sekelompok tentara terpecat, yang memicu kekerasan pada tahun lalu. Presiden Jose Ramos-Horta, penerima hadiah Nobel Perdamaian, kepada perutusan itu mengatakan bahwa ia menangani tiga persoalan tersebut dan sebenarnya terlibat dalam rencana memecahkan ketiga masalah itu, kata Kumalo. Semua partai politik perlu berusaha memecahkan persoalan itu, kata dutabesar tersebut. "Saya kira, pengutamaan jangka pendek untuk negara ini adalah meneruskan rujuk dan pembicaraan bangsa antar-partai," tambahnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007