Jakarta (ANTARA News) - Reformasi administrasi publik yang selama ini dilakukan hanya diarahkan pada masalah sumber daya manusia aparatur, kelembagaan, sistem serta tata laksana, namun kurang memperhatikan aspek kepemimpinan aparatur sehingga reformasi belum mampu memberikan sumbangan yang signifikan. "Model pelayanan yang hanya menekankan pada sistem dan aspek teknis pelayanan dengan sasaran para petugas pelayanan, juga belum memberikan hasil yang memuaskan," kata Profesor Johanes Basuki saat menyampaikan pidato pada pengukuhannya sebagai guru besar tetap Sekolah Tinggi Administrasi, Lembaga Administrasi Negara, di Jakarta, Sabtu. Pada saat yang bersamaan Prof Juni Pranoto juga dikukuhkan menjadi guru besar di lembaga yang sama. Hadir pada acara pengukuhan tersebut Kepala Lembaga Administrasi Negara, Sunarno dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah Ginanjar Kartasasmita. Johanes Basuki menyampaikan pidato berjudul Tantangan Ilmu Administrasi Publik: Paradigma Baru Kepemimpinan Aparatur Negara. Basuki mengatakan, jika ditelusuri penyebab reformasi administrasi publik belum memberi sumbangan signifikan, salah satunya karena kurangnya perhatian terhadap reformasi terhadap aspek kepemimpinan aparatur negara. Ia mengatakan, menurut kaidah, para pemimpin adalah manusia-manusia super yang memiliki kelebihan dari yang lain, kuat, gigih, bersemangat dan tahu segalanya. Para pemimpin juga merupakan manusia-manusia yang jumlahnya sedikit, namun perannya dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan organisasi yang hendak dicapai. Ia mengatakan, kunci paradigma kepemimpinan aparatur adalah kepemimpinan yang trasformasional, transaksional, resonan (primal) dan memiliki jiwa pelayanan kepada masyarakat serta keberanian untuk hidup berdasar visi yang kuat. Kepemimpinan transformasional hakikatnya menunjuk pada proses membangun komitmen terhadap sasaran organiasi dan memberi kepercayaan kepad para pengikut untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut. Kepemiminan transaksional merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang intinya menekankan transaksi di antara pemimpin dan bawahan. Kepemimpinan transaksional memungkinan pemimpin memotivasi dan mempengaruhi bawahan dengan cara mempertukarkan "reward" (penghargaan) dengan kinerja tententu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007