Brisbane (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Australia Kevin Rudd mengakui bahwa ia sempat menyinggung isu kematian lima wartawan Australia di Balibo, Timor Timur, tahun 1975 yang populer disebut kasus "Balibo Five" saat bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Bali. PM Rudd seperti dikutip ABC, Jumat, mengatakan, ia dan Presiden Yudhoyono membahas isu "Balibo Five" itu secara umum dan ia merujuk pada fakta bahwa proses-proses hukum legal independen sedang berjalan di Australia dimana semua proses itu bebas dari jangkauan tangan pemerintah. Rudd berada di Bali pada 11-13 Desember 2007 untuk bertemu Presiden Yudhoyono dan menghadiri Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim. Pada Jumat, ia melakukan kunjungan resmi ke Dili, Timor Leste, dalam perjalanan pulang ke negaranya. Terkait dengan isu "Balibo Five" ini, Pengadilan Glebe Coroners Negara Bagian New South Wales (NSW) November lalu menyimpulkan bahwa personel TNI merupakan pihak yang membunuh lima wartawan Australia itu. Menanggapi kesimpulan Pengadilan Glebe Coroners itu, Pemerintah Australia semasa PM John Howard pernah berjanji memindahkan jenazah para wartawan itu dari Indonesia ke Australia. Ia mengatakan, pemindahan jenazah para wartawan "masuk akal" dan dia dapat memahami keinginan keluarga korban agar hal ini bisa dilakukan pemerintah. Kesimpulan pengadilan Glebe Coroners NSW itu ditanggapi dingin oleh Jakarta. Pemerintah Indonesia secara tegas menyatakan bahwa kasus "Bali Five" sudah sejak lama selesai dan ditutup. "Posisi dasar kita adalah bahwa masalah (Balibo Five) itu sudah selesai dan sudah ditutup," kata Juru Bicara KBRI Canberra, Dino Kusnadi. Menurut Dino, kelima wartawan tersebut tewas di tengah baku tembak antara "sukarelawan Indonesia" dengan anggota Fretilin. Wakil Pengadilan Koroner NSW, Dorelle Pinch, November lalu, mengungkapkan kejahatan perang telah terjadi dan pihaknya akan menyerahkan kasus ini kepada Jaksa Agung Pemeritah Federal Australia. Dia pun merekomendasikan Pemerintah Australia untuk memulangkan jenazah kelima wartawan dari kuburan mereka di Jakarta ke Australia. Dalam pandangan mantan PM Australia, Gough Whitlam, yang ikut memberikan keterangan di Pengadilan Glebe Coroners, Sydney, 8 Mei lalu, tidak benar bahwa TNI terlibat dalam pembunuhan lima wartawan tersebut. Whitlam beralasan bahwa dia tidak pernah melihat adanya dokumen apa pun yang menunjukkan tentara Indonesia memerintahkan pembunuhan terhadap lima wartawan Australia itu. Mantan politisi yang ketika menjabat Perdana Menteri Australia satu bulan sebelum insiden itu terjadi, mengatakan ia telah mengingatkan kepada salah seorang dari lima wartawan tersebut bahwa pemerintah tidak punya cara melindungi mereka saat mereka di Timor Timur. Namun wartawan itu tetap saja pergi. Ia mengatakan, pertama kali mendengar kabar kematian kelima wartawan itu lima hari setelah kejadian ketika dia diberi tahu tentang "sebuah pesan militer Indonesia yang disadap" yang menyebutkan bahwa ada empat tubuh warga kulit putih di Balibo. Sejak insiden yang terjadi ketika aparat keamanan dan sukarelawan Indonesia masuk ke wilayah Timor Timur dalam proses integrasi wilayah itu ke dalam NKRI, masalah kematian lima wartawan Australia itu tetap diungkit. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007