Nusa Dua (ANTARA News) - Penutupan sidang tingkat tinggi UNFCCC (Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB tentang Perubahan Iklim), di Nusa Dua, Bali, Jumat, berlangsung lebih lambat dari perkiraan, kata pihak Sekretariat UNFCCC, Yvo de Boer.
"Perundingan memang berjalan lebih lambat daripada dugaan awal saya, tapi hal itu bisa dimaklumi karena hasil perundingan di Bali ini akan menjadi perjalanan penting ke waktu mendatang," katanya kepada pers.
Ia mengemukakan, para pihak dalam perundingan memang sangat berhati-hati dalam hal pemilihan kata yang akan digunakan dalam "Bali Roadmap" - sebuah kesepakatan yang akan digunakan sebagai kerangka negosiasi pasca periode pertama Protokol Kyoto yang akan berakhir pada tahun 2012.
"Mereka ingin berhati-hati dalam hal kata, karena itu yang akan dijadikan panduan dalam negosiasi dua tahun ke depan," ujarnya.
De Boer menyetujui pandangan bahwa lebih baik mereka berdebat soal kata-kata yang akan dijadikan kerangka dasar negosiasi sekarang di Bali, daripada kelak bertanya ulang ke belakang tentang bahasa dan kata yang belum tuntas ketika waktu sudah kian mendekati 2009 - tahun kesepakatan pasca 2012 harus sudah tercapai.
Sementara itu, ketua delegasi kelompok negara-negara berkembang G77 plus Cina, Munir Akram, menilai bahwa hal itu lantaran negosiasi yang alot antara negara maju dan negara berkembang terkait beberapa isu utama seperti kewajiban mitigasi berupa penurunan emisi gas rumah kaca. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007