Bagdad (ANTARA News) - Satu tentara Amerika Serikat tewas dalam bakutembak di selatan ibukota Irak, Bagdad, kata pengumuman tentara pada Jumat. Pernyataan pasukan asing, yang dikuasai Amerika Serikat, mengatakan bahwa tentara itu ditembak mati dalam bakutembak pada Kamis. Pengumuman tersebut tidak memberi rincian. Kematian itu membuat sedikir-dikitnya 3.888 tentara Amerika Serikat tewas di Irak sejak serbuan pada Maret 2003, kata hitungan berdasarkan atas angka Pentagon. Angka Pentagon termasuk tentara-tentara yang tewas di luar Irak, yang sedang menjalani perawatan medis. Satu tentara Amerika Serikat tewas akibat cedera sesudah pembom jibaku meledakkan mobilnya di dekat iringan tentara di propinsi Salaheddin, utara Bagdad, kata komando Amerika Serikat di Irak hari Selasa. Dua tentara lain terluka dalam ledakan Senin itu. Satu serangan sekelompok orang dikenal di propinsi Salaheddin awal Desember menewaskan dua tentara Amerika Serikat dan melukai dua orang lain, kata tentara Amerika Serikat. Kedua tentara tersebut tewas akibat pendarahan luka tembak dari serangan sekelompok orang itu, yang menggunakan bahan peledak dan senjata api ringan ketika tentara negara adidaya tersebut meronda di propinsi bagian utara Irak itu. Dua tentara lain Amerika Serikat cedera. Para Korban tewas dalam pertempuran saat pasukan Amerika Serikat meningkatkan pengiriman pasukannya keluar dari pangkalan dan meronda ke jalan di Bagdad serta kota di sekitarnya guna menghentikan kekerasan antarsuku, yang terus berlangsung. Namun, tentara Amerika Serikat terus meningkatkan keberadaannya dan berubah haluan di propinsi Anbar, yang berpenduduk sebagian besar Sunni, untuk meredakan kekerasan dalam beberapa bulan terahir. Meski demikian, sejumlah pejabat Amerika Serikat dan Irak menyatakan tingkat kekerasan turun secara berarti di Irak sejak penambahan pasukan Amerika Serikat seperti diperintahkan Presiden George W Bush pada Februari. Kepercayaan masyarakat pada kebijakan luar negeri pemerintah Amerika Serikat menurun dan sekitar separuh dari rakyat negara itu meragukan pemerintah mereka mengatakan kebenaran mengenai perang di Irak dan Afganistan, kata jajak pendapat ahir Oktober. Survai itu memperlihatkan masyarakat kehilangan kepercayaan pada upaya pemerintah Amerika Serikat di luar negeri dan merasa skeptis bahwa banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kedudukan negara adidaya tersebut di dunia. Hasil itu tampil dalam Kepercayaan pada Indeks Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat, yang dilakukan kelompok kebijakan Agenda Publik dan terbitan "Urusan Luar Negeri" setiap enam bulan. Sejak penelitian itu dilancarkan dua tahun lalu, sikap warga bertambah suram dan lebih mengkuatirkan dalam hampir setiap bidang diuji", kata kata pengantar bagi jajak pendapat itu, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007