"Proses Upacara Ngetus adalah ngaturang piuning ring Ida Batara Rambut Sedana agar memberikan limpahan padi gaga sesuai dengan harapan. Upacara ritual yang dilakukan sebelum panen itu merupakan sebuah rasa syukur atas berhasilnya penanaman padi di De

Singaraja (ANTARA) - Warga Dusun Ingsakan, Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, mengadakan ritual "Ngetus" menjelang panen Padi Gaga yang ditanam oleh warga setempat enam bulan sebelumnya, sedangkan tradisi menanam Padi Gaga itu sendiri disebut dengan "Nganga".

"Proses Upacara Ngetus adalah ngaturang piuning ring Ida Batara Rambut Sedana agar memberikan limpahan padi gaga sesuai dengan harapan. Upacara ritual yang dilakukan sebelum panen itu merupakan sebuah rasa syukur atas berhasilnya penanaman padi di Desa Pedawa," kata Prajuru Pura Pucak Sari Made Genong di dusun setempat, Selasa (14/5).

Upacara yang dilakukan pada Senin (13/5) itu mempersembahkan sesajen di tengah ladang berupa banten yang diletakkan di atas sanggah cucuk. Setelah itu, sejumlah perempuan setengah baya di Dusun Ingsakan turun bersama-sama ke ladang.

Setelah upacara Ngetus digelar, kemudian warga memulai panen padi gaga pada ladang seluas 8,5 are. Panen padi gaga tidak sama dengan panen padi jenis baru yang dilakukan dengan merontokkan biji-biji padi.

Panen dilakukan dengan hanya memotong bulir padi dengan menggunakan alat tradisional yang disebut ani-ani, atau di Bali biasa disebut dengan nama anggapan. Bulir padi dibiarkan tanpa dirontokkan.

"Hasil panen padi gogo ini selanjutnya disimpan dalam lumbung untuk keperluan upacara keagamaan," kata Made Genong.

Penanaman padi gaga di Desa Pedawa memang sangat erat kaitannya dengan upacara keagamaan di desa itu. Di desa itu, menanam padi gaga biasa disebut dengan ngaga. Tradisi ngaga sempat terhenti beberapa tahun, namun sejak enam bulan lalu warga sepakat meneruskan tradisi menanam padi peninggalan leluhur mereka.

Ngaga pada intinya adalah sebuah ritual menanam padi yang dilakukan di lahan kering atau di ladang. Proses penanamannya pun cukup unik, yakni dilakukan bersama-sama seraya bersorak yang konon dipercaya untuk menjauhkan hama seperti burung dan belalang saat penanaman.

Penanaman padi dilakukan dengan cara menajuk lahan atau melubangi lahan dengan bambu, kemudian ditanami beberapa biji padi yang dicampur penanamannya dengan biji-bijian lainnya yang ditanam dalam satu lubang atau satu tajukan.

Made Genong pun menjelaskan butuh waktu yang lumayan panjang untuk melakukan penanaman kembali padi gaga, sebab lahan yang sebelumnya telah dipanen masih harus dibersihkan dan disuburkan agar lahan yang ditanami nanti menghasilkan tanaman yang baik.

Padi gaga yang dipanen itu ditanam enam bulan lalu, tepatnya pada Rabu 19 Desember 2018. Bibit padi gaga diperoleh dari Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dibawa oleh Yayasan Wisnu Bali.

Klian Banjar Dinas Ingsakan Desa Pedawa Putu Ritana menegaskan, tradisi ngaga ini perlu dilestarikan sebagai warisan budaya leluhur.

"Saya sangat mengharapkan tradisi leluhur kita yang hampir punah agar muncul kembali. Dan diharapkan pihak pemerintah juga ikut melestarikan budaya di Desa Pedawa ini karena merupakan tradisi leluhur pertama di Pedawa," ujarnya.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf/Made Adnyana
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019