Bogor (ANTARA News) - Penyakit antraks yang selalu menjadi perbincangan menjelang hari raya Idul Adha, tidak seluruhnya ditularkan melalui hewan ternak, tapi bisa tertular langsung pada manusia, kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan (Kasi P3H) Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bogor, Jabar, drh Prihatini Mulyawati, Jumat. Dia mengatakan, penyakit antraks adalah penyakit mulut dan kuku hewan ternak yang disebabkan oleh bakteri Baccillus anthraxis yang hidup di tanah dan berkembang biak dari kotoran ternak. Di Kabupaten Bogor sudah ada warga yang meninggal dunia akibat terserang antraks, katanya. "Para peternak maupun warga yang bersentuhan dengan tanah yang mengandung bakteri Baccilus anthraxis bisa terjangkit penyakit antraks," katanya. Dijelaskanya, bakteri Baccilus anthraxis itu berbentuk spora dan jika menyerang manusia atau hewan ternak, akan mengalami masa inkubasi selama tiga hari. Pada masa inkubasi itu, manusia atau hewan ternak yang diserang, akan mengalami demam tinggi. "Jika tidak cepat diobati, manusia atau hewan ternak yang diserang akan terjangkit penyakit antraks. Penyakit ini bisa menyebabkan kematian," kata dia. pada 18 hingga 21 Oktober 2003, enam orang anggota keluarga peternak Ayub Anshori (62), warga Kampung Citaringgul Rt 01/04, Desa Citaringgul, Kecamatan Babakan Madang, meninggal dunia akibat terserang antraks. Mereka yang meninggal adalah Kokom (35), Eha Julaeha (28), Atin Prihatin (13), Latifah (12), Megasari (12), dan Nurul Novianti (1,5). Saat itu, keluarga Ayub Anshori mengonsumsi jeroan kambing yang mengidap penyakit antraks. Akibat kematian enam warga Kabupaten Bogor yang terserang antraks ini, Menteri Pertanian Anton Apriyantono saat ini mengunjungi keluarga Ayub Anshori dan ikut menyaksikan pembakaran kambing yang terjangkit antraks beserta kandangnya. Menurut Prihatini, warga Kabupaten Bogor lainnya yang terserang antraks adalah seorang bidan desa, di Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang. Akibatnya, sebagian tubuhnya membengkak dan berwarna hitam merah. "Tapi bidan desa ini bisa disembuhkan, tidak sampai meninggal dunia," kata dia. Dijelaskannya, penyakit antraks ada tiga jenis, yakni jane hideung yang menyerang kulit seperti diderita bidan desa di Karang Tengah, Babakan Madang. Kemudian, menyerang pencernaan seperti diderita keluarga Ayub Anshori di Desa Citaringgul, Babakan Madang. Sedangkan, satu jenis lagi menyerang pernafasan, sehingga penderitanya mengalami kesulitan bernafas. "Tapi jenis penyakit antraks yang ketiga ini belum terjadi di Indonesia," katanya. Beberapa daerah endemik penyakit antraks di Kabupaten Bogor kata dia, meliputi Kelurahan Nanggewer dan Kelurahan Keradenan di Kecamatan Cibinong, Desa Bojonggede dan Desa Citayam Kecamatan Bojonggede, Desa Hambalang Kecamatan Citeureup, Desa Citaringgul di Kecamatan Babakan Madang, Desa Linggarmukti Kecamatan Klapanunggal, Desa Sirnagalih Kecamatan Jonggol, serta Desa Cijujung Kecamatan Sukaraja.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007