Jakarta (ANTARA) - Muhammad Rahmatullah (22) tergerak untuk membantu penyandang tunanetra yang kesulitan mencari relawan ketika ujian sekolah, dengan membuat aplikasi ponsel Apptune.
"Penyandang tunanetra mengalami kesulitan mendapat relawan untuk ujian sekolah," kata Rahmat, ditemui di kantor Google Indonesia, Selasa.
Rahmat saat masih kuliah Teknik Informatika di Universitas Hasanuddin Makassar bergabung dengan Developer Student Clubs Indonesia, sebuah program dari Google untuk mahasiswa, mereka diminta untuk memecahkan masalah yang terjadi di sekitar mereka dengan teknologi.
Pertemuannya dengan salah seorang anggota Yayasan Pembina Tunanetra Indonesia di Makassar membuatnya melihat permasalahan penyandang disabilitas netra yang kesulitan saat akan ujian di sekolah. Para penyandang tunanetra membutuhkan relawan untuk membacakan soal-soal ujian.
Rahmat dan teman-temannya di klub pengembang tersebut membuat Apptune, aplikasi peduli tunanetra yang menghubungkan penyandang tunanetra dengan relawan.
Baca juga: KBBI Braille kini tersedia untuk penyandang disabilitas netra
Apptune secara ekslusif digunakan oleh Yayasan Pembina Tunanetra Indonesia di Makassar. Relawan yang sudah terdaftar melalui aplikasi tersebut diminta untuk mengisi ketersediaan waktu dan bantuan apa yang dapat mereka berikan, misalnya membantu saat ujian.
Penyandang tunanetra yang sudah memiliki akun di Apptune juga akan mengisi formulir jika memerlukan bantuan. Jika menemukan relawan yang bersedia membantu di jadwal yang ditentukan, mereka akan saling mengontak misalnya melalui telepon.
Jenis bantuan yang diberikan bukan hanya saat ujian sekolah, namun juga asistensi lainnya, misalnya membantu berselancar di internet.
Aplikasi Apptune dikembangkan berbasis Google Talkback, sebuah fitur dalam Android Accesibility Suite untuk membantu pengguna ponsel yang memiliki gangguan penglihatan. Google Talkback akan memberikan asistensi suara maupun getaran agar pengguna mengetahui apa yang terdapat di layar ponsel mereka.
Google Talkback dapat dipasang di ponsel yang berbasis Android.
Rahmat mengaku belum melempar aplikasi ini ke Google Play Store, salah satu pertimbangannya karena keanggotaan relawan di Apptune bersifat tertutup, relawan harus mendaftar secara manual ke Yayasan Pembina Tunanetra Indonesia dan administrator yang akan membuatkan akun di Apptune.
Menurut Rahmat, berdasarkan pengalamannya bersama yayasan tersebut, penyandang disabilitas netra membutuhkan kepercayaan dari para relawan untuk membantu mereka.
Rahmat, yang kini sudah lulus dari universitas, masih mengembangkan aplikasi Apptune. Dia menargetkan aplikasi ini dapat menempel ke asisten suara Google Assisstant sehingga pengguna bisa menemukan relawan melalui perintah suara.
Baca juga: Live Transcribe Google permudah penyandang gangguan pendengaran
Baca juga: 10 aplikasi untuk temani ngabuburit Ramadhan
Baca juga: Legenda bulutangkis putri Minarni jadi wajah Google Doodle hari ini
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019