London (ANTARA News) - Ketika sepakbola Inggris menghadapi situasi hati yang galau akibat kegagalan "the three lions" lolos ke Euro 2008, seorang manajer sepakbola asal Italia menawarkan sentuhan kesenian khas negaranya. Fabio Capello siap menyuntikkan cita rasa kesenian Italia yang telah terkenal seantero dunia ke dalam jantung timnas Inggris. Namanya telah mendapat persetujuan dari Dewan Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) pada Kamis waktu setempat. Tugas yang diemban Capello tidaklah ringan. Tidak seperti rekan sejawatnya sebagai manajer sepakbola, Capello mencintai produk kesenian bercita rasa tinggi. Sentuhan kesenian inilah yang hendak ditularkan kepada para pemain timnas Inggris bila saja Capello terpilih menjadi manajer. Manajer berusia 61 tahun itu tampak begitu impresif dalam mengoleksi karya-karya seni, di antaranya lukisan karya Marc Chagall. Ia juga suka menghabiskan waktu liburan musim panasnya dengan duduk di pantai-pantai Eropa. Ia suka bermeditasi di Candi Angkor Wat, Kamboja. Inggris memberi pembayaran yang relatif tinggi, meski tugas itu kelewat beresiko. Nama Capello melejit ketika Jose Mourinho mengundurkan diri dari bursa calon manajer timnas Inggris, menyusul kegagalan Stve McClaren membawa Inggris lolos ke Euro 2008. Capello memiliki sederet prestasi yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Ia mampu menggaet gelar di Liga Utama Italia (Serie A) dengan tiga klub yang berbeda, meski Juventus tersandung skandal pengaturan skor. Ia juga piawai ketika meniti karier di Liga Utama Spanyol, meski hanya dua musim kompetisi. Kerapkali ia tampil dengan gayanya yang kontroversial, meski harus berhadapan dengan kemauan pemilik klub dan kalangan manajemen. Ini ia hadapi ketika berada di Madrid. Suksesnya sebagai seorang manajer tidak lepas dari segudang pengalamannya ketika bermain sebagai gelandang. Ia pernah bermain untuk Roma dan Juventus bahkan memperkuat timnas Italia. Pelatih berusia 61 tahun itu punya kenangan manis ketika tim Italia mengalahkan Inggris di Stadion Wembley. Ia mengawali suksesnya sebagai manajer ketika pada awal 1990-an membawa Milan merebut gelar di Serie A dalam lima musim kompetisi dan Piala Eropa pada 1994. Ia kemudian hengkang ke Real Madrid dan berada di klub itu selama satu musim kompetisi. Setelah itu ia kembali ke Italia. Pada 2001, ia memenangi gelar bersama Juventus. Ia sukses membawa Real Madrid ke tengga juara Liga Utama Spanyol, meski beberapa keputusannya bernuansa kontroversial, salah satunya ia kerap tidak menurunkan David Beckham dan Ronaldo. Keputusan ini mengundang kontroversi bagi para fans Madrid. Gaya sepakbola yang dibawanya terbilang defensif. Gaya sepakbola inilah yang justru tidak disukai oleh publik pecinta sepakbola Inggris, kalau saja Capello jadi melatih timnas Inggris, demikian laporan AFP. (*)
Copyright © ANTARA 2007