Pangkalpinang (ANTARA) - PT Timah Tbk mengembangkan teknologi pemisahan antara bijih timah dengan mineral tanah jarang di Tanjung Ular Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
"Ada beberapa proyek investasi yang akan dilakukan perusahaan, salah satunya pembangunan fasilitas pemisahan mineral tanah jarang di Tanjung Ular Kabupaten Bangka Barat," kata Direktur Utama PT Timah Tbk M Riza Pahlevi Tabrani di Pangkalpinang, Selasa.
Ia mengatakan pengembangan proyek percontohan tersebut untuk memisahkan mineral tanah jarang dari bijih timah yang memiliki nilai ekonomis tinggi dibandingkan bijih timah. Nilainya bisa 3-4 kali dari logam timah.
"Kita diberkahi oleh Allah SWT diberikan sumber daya luar biasa. Hari ini kita diberikan bagaimana bisa memisahkan mineral tanah jarang itu," ujarnya.
Menurut dia, dari bijih timah yang dieksploitasi perusahaan selama ini mengandung mineral tanah jarang. Mineral ini dianggap memiliki nilai yang lebih tinggi.
"Jadi itu komposisinya untuk produksi magnet, buat industri strategis, industri kesehatan. Itu semua coba kita kembangkan. Kalau bisa tahun ini, kalau tidak bisa tahun depan," katanya.
Wakil Gubernur Kepulauan Babel, Abdul Fatah mengatakan pemerintah provinsi sedang menyiapkan peraturan daerah guna mengoptimalkan pengelolaan logam tanah jarang agar mineral ikutan timah tersebut dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah itu.
"Kami berharap pembahasan regulasi pengelolaan logam tanah jarang berupa peraturan daerah dan peraturan gubernur sedang berjalan dan diharapkan selesai tahun depan," katanya.
Ia menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) pada 2009, potensi logam tanah jarang di Kepulauan Babel mencapai 7.000.000 ton dan belum terkelola dengan baik untuk peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
"Kami ingin potensi sumber daya alam ini dikelola dengan baik dan berdampak terhadap pendapatan asli daerah ini," katanya.
Baca juga: PT Timah ungkap cadangan aluvial timah cukup untuk 10 tahun
Pewarta: Aprionis
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019