Kuala Lumpur (ANTARA News) - Pertemuan menteri pertahanan RI dan Malaysia ternyata tidak sama sekali membicarakan upaya penurunan perlombaan senjata antara kedua negara bertetangga, atau pun di kawasan ASEAN. "Tidak ada pembicaraan mengenai upaya penurunan atau peningkatan perlombaan senjata karena memang tidak ada perlombaan senjata. Yang ada hanya modernisasi persenjataan militer. Itu hak dari masing-masing negara untuk melakukan modernisasi," kata Menteri Pertahanan Malaysia, Najib Tun Razak, di Kuala Lumpur, Jumat. Ia mengatakan hal itu ketika jumpa pers antara Menhan Juwono Sudarsono setelah diadakan GBC Malindo ke-36 di Kuala Lumpur. Sementara Juwono enggan memberikan komentar mengenai upaya penurunan perlombaan senjata di kedua negara maupun di kawasan ASEAN. Menurut Najib, kedua negara sepakat untuk terus bekerja sama dalam mengamankan daerah perbatasan dan Selat Malaka dari kegiatan kriminal dan teroris. Kongkritnya, kerja sama melalui patroli bersama akan terus ditingkatkan. "Kerja sama dan patroli bersama selama 36 tahun menunjukkan hasil yang positif," tambah Najib, yang juga Wakil PM Malaysia. "Laporan kriminal dan perampokan di Selat Malaka jauh menurun dan hal itu berdampak kepada peningkatan lalu lintas kapal niaga di kawasan itu sehingga memberikan dampak ekonomi di kawasan ASEAN dan Asia Timur, katanya. Ketika ditanya mengenai laporan pelanggaran perbatasan, Najib menegaskan dalam pertemuan tersebut tidak ada laporan mengenai pelanggaran perbatasan oleh kedua militer. Sementara itu, Juwono mengatakan masalah persengketaan daerah Ambalat sudah menjadi bagian kesepakatan kedua negara dalam kerja sama pertahanan di daerah perbatasan. Angkatan bersenjata Malaysia terus meningkatkan kemampuan persenjataan militernya. Malaysia telah membeli dua kapal selam Scorpene dari Perancis dan 18 pesawat Su-30 dari Rusia. Hal itu telah menimbulkan perlombaan senjata dengan negara tetangganya dan juga di kawasan ASEAN. (*)
Copyright © ANTARA 2007