Jakarta (ANTARA) - Merujuk real count Situng KPU yang sudah mencapai 80 persen, Presiden Jokowi bersama KH Ma'ruf Amin yang menjadi cawapresnya kemungkinan besar akan kembali melanjutkan pemerintahannya untuk periode 2019-2024.
"Berdasar Situng KPU, perolehan suara paslon 01 memang sudah sulit terkejar," kata Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Industri Kreatif Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) Irfan Wahid di Jakarta, Senin.
Sehubungan dengan itu, Irfan berharap tekad Jokowi yang akan memfokuskan periode kedua pemerintahannya pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) benar-benar direalisasikan.
"Fokus pembangunan periode kedua yang disampaikan Presiden Jokowi tidak berlebihan. Kami menilai fokus Presiden Jokowi untuk membangun SDM lima tahun ke depan sangat tepat," kata Ipang, sapaan akrabnya.
Pokja Industri Kreatif KEIN mengapresiasi fokus Jokowi dalam pembangunan SDM itu karena dinilai sangat penting untuk mencetak insan-insan muda terampil dan kreatif yang akan menggerakkan ekonomi nasional ke depan.
Mengutip data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ipang mengatakan jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif terus meningkat tiap tahun. Pada 2015, misalnya, tenaga kerja di industri ini mencapai 15,9 juta orang, di 2016 sebesar 16,91 juta orang dan di 2017 sebesar 17,4 juta orang, dan 2018 sekitar 18 juta orang.
Menurut Ipang, Indonesia membutuhkan tambahan 58 juta tenaga kerja terampil pada 2030. Kebutuhan ini pun masih harus menyesuaikan dengan kondisi industri dan perkembangan teknologi di masa depan.
"Oleh karenanya, upaya untuk terus mencetak insan-insan terampil dan kreatif sudah mejadi keharusan pemerintah, dan KEIN siap untuk terus membantu kerja-kerja Presiden Jokowi dalam mewujudkan ini," kata Ipang.
Sebagai langkah konkret, kata Ipang, pendidikan SMK sudah harus dispesifikasikan atau dikhususkan untuk kebutuhan industri. Salah satunya dengan pembukaan jurusan-jurusan industri kreatif. Hal ini karena SMK yang seharusnya menjadi pencetak anak-anak muda terampil masih menjadi penyumbang pengangguran terbesar saat ini, yakni 11,24 persen pada 2018.
"Industri kreatif harus bernafaskan kreativitas dan padat karya sehingga dengan meningkatkan pertumbuhan industri ini maka akan juga meningkatkan pertumbuhan lapangan pekerjaan dan menurunkan pengangguran," ujar pakar periklanan ini.
Ipang memaparkan, beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mendukung peningkatan human capital bagi industri kreatif adalah pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi, pembangunan politeknik/akademi komunitas di kawasan industri, pengembangan "link and match" SMK dan industri.
"Serta pelatihan industri berbasis kompetensi sistem 3 in 1, yakni pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja," ujarnya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019