Medan (ANTARA News) - Pakar komunikasi Dr Iskandar Zulkarnain, MSc, berpendapat, pada era globalisasi ini LKBN ANTARA sebagai Kantor Berita Nasional tidak hanya dituntut sebagai pemasok berita-berita pada media massa di dalam negeri, tetapi juga harus mampu bersaing dengan kantor-kantor berita asing.
"Kini ANTARA juga dituntut mampu mensejajarkan diri dengan kantor-kantor berita terkemuka seperti AFP (Perancis), AP (AS), Reuters (Inggris) dan DPA (Jerman)," katanya sekaitan dengan HUT LKBN ANTARA ke-70 di Medan, Kamis.
Staf pengajar ilmu komunikasi pada FISIP USU itu menambahkan, selama ini ANTARA dikenal sebagai kantor berita perjuangan yang memiliki andil dalam menyiarkan berita-berita perjuangan sekaligus menyiarkan teks Proklamasi Kemerdekaan ke berbagai penjuru dunia.
"Beranjak dari perjuangan masa lalunya, kini ANTARA sudah harus mampu meningkatkan eksistensi dirinya agar selalu diperhitungkan di dunia internasional," katanya.
Ia mengakui upaya mengangkat citra ANTARA di mata dunia internasional tidak akan semudah membalikkan telapak tangan, tetapi membutuhkan proses yang cukup panjang diserta perjuangan ekstra keras dan cerdas.
Untuk meningkatkan citra dan eksistensi ANTARA, menurut dia, kantor berita milik negara ini harus melakukan berbagai terobosan. "Jika terobosan-terobosan itu tidak secepatnya dilakukan, maka ANTARA tidak akan mampu berkompetisi dengan kantor berita asing yang sudah sedemikian maju," katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, terobosan yang perlu dilakukan ANTARA adalah meningkatkan kualitas SDM-nya, terutama terus menggenjot kemampuan para jurnalis melalui berbagai pelatihan.
Selain itu ANTARA juga diharapkan tidak hanya sekadar melakukan kerjasama dengan kantor-kantor berita asing, melainkan juga harus mampu menyaring dan mengonter berita-berita miring pihak asing tentang Indonesia.
Pemberitaan pers asing yang selama ini cenderung memojokkan Indonesia agar dapat diluruskan oleh ANTARA. "Di sinilah peran ANTARA sebagai kantor berita nasional sangat diharapkan untuk mengkangkat harkat martabat bangsa dan negara di mata dunia," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007