Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, kenaikan harga minyak dunia yang mencapai diatas 80 dolar AS per barel akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski dari sisi kinerja, perekonomian Indonesia dapat dikatakan sangat baik untuk tahun ini. "Hal itu dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi pada kwartal tiga dan empat mencapai lima hingga enam persen pertahun, dan daya beli masyarakat meningkat diatas lima persen nilai ekspor Indonesia yang memecahkan rekor. Namun kita mesti tetap waspada kemungkinan terjadinya inflasi dan pengurangan daya beli masyarakat di tahun mendatang," kata Menkeu Sri Mulyani di Nusa Dua, Bali, Kamis. Di sela-sela acara penanaman pohon di Pulau Kecil (Nusa Dharma) kawasan Pengembangan Pariwisata Bali (BTDC), terkait konferensi PBB tentang perubahan iklim (UNFCCC) itu, ia mengatakan, selain meningkatnya harga minyak, faktor lain yang sangat berpengaruh pada perekonomian, yakni pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan akan semakin lesu di tahun 2008. Lebih lanjut Sri Mulyani mengatakan, kenaikan harga minyak dunia akan berpengaruh pada kenaikan subsidi bahan bakar, yakni premium, solar dan minyak tanah pada anggaran pendapatan belanja negara (APBN). Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk bisa mengelola APBN dengan baik untuk meredam dampak kenaikan harga minyak dunia tersebut. Menurut Menkeu, dalam manajemen APBN itu mencakup dua hal yaitu sisi produksi dan konsumsi. Pada sisi produksi, minyak harus tetap disesuaikan dengan asumsi APBN yang mencapai 1,034 juta barrel per hari. "Begitu pula dengan konsumsi, Ini mesti tetap sesuai anggaran APBN. Harus dijaga, agar berada pada maksimum kuantitas, misalnya, dengan strategi konversi minyak tanah ke gas elpiji yang dijalankan selama ini," kata Sri Mulyani menambahkan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007