Liwa (ANTARA News) - Keliru kalau menganggap memiliki dana dalam jumlah besar bisa memastikan meraih kemenangan dalam pemilihan kepala daerah, karena kesiapan dana itu bukanlah segala-galanya, kata Wakil Bupati Kabupaten Lampung Barat (Lambar), Dimyati Amin, di Liwa, Lambar--ratusan km dari Bandarlampung--awal pekan ini. Dimyati yang pernah menjadi camat dan pejabat di Pemda Kabupaten Lambar sekaligus Ketua Majelis Ulama (MUI) di sana, mengaku untuk memenangi pilkada pada 6 November 2007 lalu--dia dilantik bersama Bupati Mukhlis Basri pada Senin (10/12)--sebenarnya dengan modal investasi nama melalui pengabdian kepada masyarakat yang telah ditanamkan jauh hari sebelumnya. "Investasi nama dan pengabdian langsung di tengah masyarakat selama bertahun-tahun yang saya jalani itu, ternyata memberikan manfaat sekarang ini, sehingga akhirnya bisa menang," kata Dimyati pula. Pasangan Mukhlis Basri-Dimyati Amin berhasil mengalahkan pasangan lain, termasuk calon incumbent, Erwin Nizar, bupati sebelumnya, serta mantan bupati Lambar, I Wayan Dhirpa. Menurut Dimyati, investasi nama sehingga dirinya bersama Mukhlis--Ketua DPC PDIP Lambar dua periode--yang membuat dikenal luas masyarakat di sana. "Karena sudah cukup dikenal sejak lama, ketika kami maju sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah, banyak masyarakat yang mendukung," kata dia lagi. Dia membenarkan, semula dirinya sempat diminta ("dilamar") sejumlah calon bupati di sana, diantaranya Erwin Nizar, Agus Istiqlal, dan calon lainnya--kecuali I Wayan Dhirpa--termasuk Mukhlis Basri. Namun Dimyati memilih berpasangan dengan Mukhlis Basri, walaupun dari segi umur calon bupati itu lebih muda dari dirinya (Dimyati kelahiran tahun 1952, sedangkan Mukhlis lahir tahun 1964). Ternyata Mukhlis juga telah menyatakan bisa cocok berpasangan dengan dirinya yang dianggap sudah lama cukup mengenal dan mengetahui watak serta sikap maupun perilaku kebiasaan masing-masing. Saat menjalani proses uji kepatutan dan kelayakan melalui PDI Perjuangan dan PKB, Dimyati juga mengaku sempat ditanyai kesiapannya dari segi finansial. Ia menyatakan, kalau dihitung-hitung biaya untuk maju mencalonkan diri dalam pilkada itu bisa mencapai miliaran rupiah. "Tapi saya tidak punya uang sebanyak itu," cetus dia pula. Hingga pilkada berlangsung, Dimyati tidak pernah dapat mengumpulkan atau mendapatkan dana seperti hitungannya itu. Namun pada kenyataannya banyak relawan dan pendukungnya bersama Mukhlis Basri bersedia membantu kendati tidak mendapatkan imbalan sebagaimana mestinya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007