Den Haag (ANTARA News) - Pengadilan kejahatan perang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menghukum bekas jenderal Serbia Bosnia Dragomir Milosevic 33 tahun penjara Rabu karena memerintahkan penggeranatan berdarah Sarajevo pada saat perang Bosnia. Lebih dari 10.000 orang tewas di bagian Sarajevo yang kuasai-Muslim akibat pertempuran dan serangan penembak gelap dalam perang itu. Ribuan orang lebih berjuang setiap hari untuk terus hidup dalamm keadaan yang seorang saksi lukiskan sebagai sebanding dengan pengepungan Leningrad pada Perang Dunia II. "Bukti mengungkapkan kisah mengerikan pengepungan dan keterperangkapan sebuah kota," kata Hakim Patrick Robinson. "Tidak ada tempat yang aman di Sarajevo, satu orang dapat tewas atau terluka di manapun dan kapanpun," ujar hakim Mahkamah Internasional tersebut. Hakim membuktikan Milosevic, tidak memiliki hubungan dengan bekas presiden Slobodan Milosevic, bersalah karena kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan termasuk pembunuhan dan tindakan tidak manusiawi oleh tentara unit Korps Romanija Sarajevo (SRK)nya dari Tentara Serbia Bosnia. Milosevic, yang menyerahkan diri ke pengadilan kejahatan perang PBB Desember 2004, mengaku tidak bersalah. Penuntut telah mengusahakan hukuman penjara seumur hidup. Keadaan menyedihkan Sarajevo menjadi sinonim dengan perang Bosnia 1992-1995. Dunia melihat tayangan televisi mengenai penembak gelap dan tembakan granat menghujani sebagian besar penduduk Muslim kota itu dari bukit curam yang mengelilinginya. Milosevic, 65, menjadi komandan SRK Agustus 1994, mengambilalih dari Stanislav Galic, seorang bekas jenderal Serbia Bosnia yang telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena perannya dalam pengepungan itu. Tentara SRK Milosevic telah menggunakan penembak gelap terampil dan juga mortir dan bom udara yang dimodifikasi, senjata yang sangat tidak akurat, untuk dengan sengaja ditargetkan pada warga sipil kota itu, kata hakim tersebut. Milosevic sendiri telah memperkenalkan bom udara yang dimodifikasi dan memutuskan mengenai penempatan peluncur. Setiap waktu sebuah bom udara yang dimodifikasi diluncurkan tertuduh telah bermain-main dengan jiwa warga Sarajevo, kata hakim. Lorong penembak jitu Satu saksi, seorang ibu, melukiskan bagaimana ketika anak perempuannya kembali dari mengumpulkan air atau kayubakar ia akan sering menemukan mereka mengotori pakaian mereka karena mereka sangat takut. Sejumlah saksi lainnya melukiskan perasaan seperti "sasaran bagus" ketika mereka melakukan perjalanan dengan trem di sepanjang sebuah jalan besar di Sarajevo yang mendapat nama julukan "lorong penembak gelap". Selama pimpinan Milosevic selama 15 bulan, ratusan warga sipil telah tewas dan ribuan dipuntungi, kata penuntut. Dalam satu contoh mereka menyebut seorang ibu yang dihantam oleh peluru seorang penembak jitu yang lewat melalui perutnya dan mengenai anak laki-lakinya yang berusia tujuh tahun di kepalanya, yang menewaskannya seketika itu juga. Dalam serangan keji lainnya, satu tembakan mortir menghantam orang yang sedang antri untuk mendapatkan roti di pasar kota itu pada Agustus 1995, menewaskan puluhan orang dan melukai hampir 80 orang, demikian laporan Reuters. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007