Jakarta (ANTARA News) - Satu lagi kado istimewa untuk peringatan 70 tahun Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara pada 13 Desember 2007. Untuk ketiga kalinya, Antara kembali dipercaya memimpin Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA). Sidang Umum ke-13 OANA yang ditutup di Jakarta, Rabu, memilih dan menetapkan Antara sebagai pemimpin OANA menggantikan Bernama, kantor berita Malaysia. Presiden OANA pun beralih dari Datuk Azman Ujang dari Bernama kepada Direktur Utama Perum LKBN Antara Dr Ahmad Mukhlis Yusuf. Sebelumnya Antara memimpin OANA pascasidang umum ke-4 OANA tahun 1979 dan sidang umum ke-7 OANA tahun 1988. Kado istimewa lain untuk Antara pada tahun 2007 ini adalah status badan hukum kantor berita Antara ditetapkan pemerintah sebagai sebuah perusahaan umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2007 yang ditetapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 18 Juli 2007 dan menjadi salah satu badan usaha milik negara (BUMN). LKBN Antara lahir pada 13 Desember 1937, dengan pendiri Adam Malik, Pandoe Kartawigoena, R Soemanang, dan AM Sipahoetar. Sebagai kantor berita perjuangan, Antara pernah berperan menyebarluaskan teks Proklamasi Kemerdekaan RI ke seluruh dunia pada 17 Agustus 1945. Apa yang akan dilakukan Antara untuk pengembangan OANA? Kantor berita-kantor berita di negara Asia Pasifik akan didorong untuk meningkatkan kapabilitas dan profesionalisme sehingga mampu melayani industri media massa di kawasan melalui pelatihan jurnalis dan peningkatan kemampuan manajerial. Ahmad Mukhlis Yusuf memaparkan dalam tiga tahun mendatang, kegiatan OANA akan diwarnai oleh pengayaan dan peningkatan pelatihan jurnalis serta fotografer dengan sponsor dari sejumlah badan dunia di bawah perserikatan bangsa-bangsa yang telah menyampaikan komitmennya. "Kemitraan dengan badan PBB seperti UNESCO dan UNEP akan kita tingkatkan terkait pelatihan-pelatihan dan penyelenggaraan forum-forum pertukaran pengalaman," katanya. Mukhlis menambahkan kesempatan Antara sebagai pimpinan OANA selama tiga tahun mendatang secara maksimal akan dimanfaatkan untuk memperkuat posisi tawar kantor berita negara-negara Asia Pasifik sehingga tidak hanya menyuarakan aspirasi Asia Pasifik namun juga membantu perkembangan semua bidang di kawasan tersebut. Sementara itu Presiden OANA periode sebelumnya Datuk Azman Ujang dari Kantor Berita Malaysia (Bernama) mengatakan, ada beberapa hal yang harus dilanjutkan Antara dalam menjalankan roda organisasi OANA antara lain mengembangkan pelatihan dan pengayaan wartawan yang dimilikinya. "Pelatihan itu penting untuk meningkatkan profesionalitas. Kita tidak lagi hanya bisa bicara tentang kondisi dan posisi sebagai negara dunia ketiga. Kini saatnya untuk lebih berupaya bekerja secara nyata," katanya. Baik Ahmad Mukhlis Yusuf maupun Datuk Azman Ujang sepakat, OANA segera memiliki program yang lebih membumi sehingga kantor berita yang menjadi anggotanya dapat berkembang secara signifikan dan mempunyai pengaruh yang kuat. "Dengan kondisi itu maka semua anggota akan terdorong untuk berperan aktif dalam organisasi ini," kata Mukhlis. Terdapat 39 kantor berita anggota OANA dari 33 negara yakni Afghanistan, Australia, Azerbaijan, Bahrain, Bangladesh, Kamboja, China, Korea Utara, Uni Emirat Arab, India, Indonesia, Iran, Jepang, Kazakhtan, Kuwait, Kyrgyztan, Laos, Malaysia, Mongolia, Nepal, Oman, Pakistan, Filipina, Qatar, Korea Selatan, Rusia, Saudi Arabia, Srilangka, Suriah, Thailand, Turki, Vietnam dan Yaman. Deklarasi Jakarta Sidang Umum ke-13 OANA juga menghasilkan Deklarasi Jakarta. Deklarasi itu berisi komitmen anggota OANA yang saling memperkuat kerja sama dan menjaga kredibilitas sebagai sumber utama berita dan informasi di kawasan Asia Pasifik. Deklarasi tersebut juga berisi komitmen untuk mempromosikan suara Asia Pasifik dalam berbagai forum internasional dan memelihara persatuan di antara anggota OANA. Isu-isu di kawasan Asia Pasifik diutamakan diwartakan oleh para wartawan Asia Pasifik. Delegasi Sidang Umum ke-13 OANA juga mendeklarasikan pemanfaatan multimedia dalam era konvergensi media untuk mempercepat arus informasi dan pertukaran berita di antara anggota OANA, meningkatkan profesionalisme di antara anggota OANA dengan berbagi pengalaman, keahlian, pengetahuan, termasuk pelatihan, pengembangan kapasitas, dan perlindungan keselamatan wartawan. Untuk mengimplementasikan komitmen dalam Deklarasi Jakarta itu perlu kerja keras dalam menghasilkan produk berkualitas kantor-kantor berita di Asia Pasifik. Gurubesar Universitas Bowling Green Ohio, AS, Prof Dr Oliver Boyd Barret dalam diskusi interaktif "Reposisi Kantor Berita di Era Digital" di Semarang, Rabu, mengatakan, satu syarat agar kantor berita tetap eksis yakni dengan menyajikan isi berita yang bermutu, termasuk jenis berita investigasi. "Perbanyak konten berita berkualitas, masa depan Antara terletak pada kualitas konten. Perkuat identitas merek (brand) sebagai (perusahaan) pemasok berita," katanya. Untuk bisa mencapai tahapan tersebut, kantor berita termasuk Antara harus melakukan perubahan dan berani menghadapi kompetisi. Menurut dia, Antara juga harus berjuang menghilangkan ketergantungannya pada pemerintah hingga bisa mencukupi kebutuhan sendiri. Untuk itu, Antara harus berani berkompetisi dengan kantor-kantor berita lain di dunia dan Antara memiliki peluang dalam persaingan tersebut. "Indonesia memiliki sumber daya manusia yang luar biasa, tetapi mengapa hingga kini penyediaan berita di dunia masih didominasi oleh Paris (AFP), New York (AP), London (Reuters), dan Jerman (DPA)? Itu tentu saja adalah sebuah tantangan tersendiri," katanya. Kehadiran sebuah kantor berita selain berkaitan dengan kebutuhan pemenuhan berita berskala nasional juga membangun rasa kebangsaan. Salah satu caranya adalah melalui produk berita. Dalam hal inilah Antara dituntut untuk memainkan peran utamanya. Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah Sasongko Tedjo dalam sambutan pembukaan diskusi mengemukakan, memasuki dunia informasi digital sebagian besar oplah media cetak mengalami penurunan. Kantor berita, kata Pemimpin Redaksi suratkabar Suara Merdeka itu, menghadapi tantangan serupa karena ketergantungan media terhadap pemasok berita makin berkurang seiring dengan merebaknya sumber informasi di internet. "Ketergantungan media terhadap pasokan kantor berita memang semakin berkurang, kecuali mungkin kepada kantor berita besar, seperti AFP, Reuters, dan AP," katanya. Untuk bersaing dengan kantor-kantor berita dari dunia Barat tersebut memang tak cukup dihadapi sendiri-sendiri. Kerja sama yang solid di antara sesama anggota OANA menjadi keniscayaan dan lokomotif itu berada di Antara.(*)
Oleh Oleh Budi Setiawanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007