Jakarta (ANTARA) - Sejumlah penumpang Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta menilai tarif normal yang diberlakukan mulai Senin ini masih wajar.
"Saya sih nggak apa-apa, oke saja (tarif normal). Karena kalau saya hitung pakai ojek online masih lebih mahal dari MRT,” kata Nadia, salah satu penumpang ketika ditemui di Stasiun MRT Lebak Bulus pada Senin pagi.
Nadia biasa menggunakan MRT dari Stasiun Lebak Bulus ke Stasiun Senayan untuk pergi bekerja dari rumahnya di Cinere, Depok, menuju kawasan SCBD.
Sebelumnya, dia dikenakan tarif Rp5.000 untuk perjalanan tersebut. Kini tarifnya menjadi Rp10.000.
Menurut dia, MRT dengan tarif normal masih menjadi pilihan terbaik dibandingkan dengan moda transportasi umum lain seperti TransJakarta.
“Dan juga kalau saya naik TransJakarta itu masih takes time, jadi sampai kantor bisa lebih telat,” kata dia.
Tanggapan serupa diungkap oleh Sari, penumpang yang biasa menggunakan MRT untuk mobilisasi keseharian.
“Tarif normal ini wajar sih ya. Bisa lebih cepat dan tidak makan waktu,” kata dia.
Sari menyatakan, tarif normal ini setimpal dengan pelayanan yang didapatkan, seperti ketepatan waktu pemberangkatan dan kebersihan stasiun.
Penumpang lain yang menggunakan MRT untuk bekerja setiap harinya, Sigit memberikan komentar senada mengenai pemberlakuan tarif normal MRT.
Namun, menurut dia, akan lebih baik jika tarif yang dikenakan bisa terjangkau oleh semua kalangan.
“Bisa menghemat waktu sampai dua jam, jadi tarif sekarang buat saya masih wajar. Tapi kalau bisa subsidi juga soalnya enggak semua orang merasa ini ringan kayaknya,” ujar Sigit.
Sejak resmi dibuka secara komersil pada 1 April 2019 hingga 12 Mei 2019, PT MRT Jakarta menerapkan tarif promo sebesar setengah harga dari tarif normal.
Misalnya, untuk pemberangkatan awal di Stasiun Bundaran HI menuju pemberhentian akhir di Stasiun Lebak Bulus, tarif promo sebelumnya adalah Rp7.000. Sementara kini, dengan tarif normal, besarannya menjadi Rp14.000.
Pewarta: Sri Muryono dan Suwanti
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019