Jakarta (ANTARA) - Lebih dari 2.000 pedagang pasar dan pelaku UMKM membuka toko online dan berjualan di marketplace dalam ajang Grebeg Pasar UMKM Go Online di Kota Surakarta yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Kepala Seksi Pengembangan dan Fasilitasi Platform Perdagangan Kemenkominfo Puti Adella Elvina di Jakarta, Senin, mengatakan pihaknya menggelar Grebeg Pasar UMKM Go Online selama 12 hari sejak 29 April 2019.
“Kini 2000 pedagang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang sudah berjualan secara online melalui marketplace. Dengan memiliki toko online kami berharap para pedagang di pasar-pasar dapat memperluas area berdagangnya dan melipatgandakan keuntungan,” katanya.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Ekonomi Digital, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemenkominfo itu menyasar dua puluh kota pada periode pertama ini.
Sebelum Surakarta, kegiatan serupa juga telah diselenggarakan di Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Bandung, dan Pangandaran.
Grebeg Pasar UMKM Go Online adalah kegiatan yang dilakukan di beberapa pasar rakyat di beberapa Kabupaten/Kota di Indonesia yang meliputi sosialisasi, pendampingan, dan pemanduan bagi para UMKM agar dapat memperluas jangkauan berdagang dan mampu meningkatkan laba dengan membuka toko online di marketplace.
Sebanyak dua puluh empat pandu digital direkrut kemudian diberikan pelatihan dan diterjunkan ke pasar-pasar, berkeliling ke kios-kios pedagang untuk melakukan sosialisasi, pendampingan, dan pemanduan pagi para pedagang pasar.
Sebuah booth juga didirikan di area pasar guna memperlancar proses pemanduan bagi para pedagang agar lebih fokus.
“Dukungan stakeholder sangat penting agar pedagang dapat teredukasi dengan lebih detil manfaat toko online dan pembayaran digital,” katanya.
Ia mengatakan, berjualan di marketplace sangat banyak keunggulannya, selain gratis, marketplace menawarkan jauh lebih efektif dan efisien karena pedagang dapat berjualan kapan saja dan dimana saja namun area dagangnya lebih luas.
Di samping Pasar Nusukan, Pasar Notoharjo, Pasar Cinderamata, Pasar Eplabes, Pasar Ngudirejeki, dan Pasar Triwindu, para pandu digital juga menyambangi pasar-pasar lain.
Pasar lainnya antara lain Benteng Trade Center, Pusat Grosir Solo, Pasar Singosaren, Pasar Depok, dan berbakai lokasi lain.
Ayu Lestari (18), salah seorang pandu digital mengatakan ada kendala di beberapa pedagang ternyata usianya sudah lanjut dan tidak memakai ponsel pintar.
Banyak juga pedagang yang sudah berjualan secara online, namun masih di platform media sosial.
Padahal media sosial yang dipakai untuk jual/beli masih menyimpan celah kecil yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum untuk melancarkan aksi penipuan.
“Khususnya di pasar-pasar tradisional banyak pedagang yang sudah lansia, dimana mereka ini kan gaptek. Hp saja masih yang model lama. Kami tetap melakukan sosialisasi, agar nantinya mereka yang memiliki smartphone dapat menginstall marketplace untuk berjualan secara online,” kata Ayu.
Kasubdit Pengembangan Ekonomi Digital Pariwisata, Transportasi dan Perdagangan, Kementerian Kominfo Sumarno mengatakan potensi UMKM di Surakarta untuk berjualan di marketplace sangat besar sebagai kota dengan pelaku industri kreatif yang begitu banyak.
“Solo ini masyarakatnya sudah maju. Orang-orangnya juga kreatif, ini Kota Batik. Dengan berjualan secara online, UMKM bisa berjualan ke seluruh Indonesia. Jangan batik atau tekstilnya saja. Kerajinan, cinderamata, serta makanan juga,” kata Sumarno.
Baca juga: Pasar daring di Indonesia tumbuh signifikan
Baca juga: Presiden Jokowi dukung Inacraft daring agar tembus pasar global
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019