Ambon (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengirimkan tim ke kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) untuk mengecek langsung kondisi kerusakan di Pulau Moa dan Letti akibat badai siklon tropis yang terjadi sejak 7 Mei 2019.
"Tim BNPB beranggotakan dua orang telah berada di Tiakur, ibukota kabupaten MBD sejak Minggu (12/5) pagi untuk melakukan pengamatan dan kajian dampak akibat badai siklon tropis bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat," kata Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Maluku, John M. Hursepuny, di Ambon, Senin.
Tim dari Kedeputian Penanganan Darurat BNPB, yakni Teguh Pratama dan Donny I.H. Situmeang akan berada beberapa hari di Tiakur untuk mengecek secara langsung kondisi kerusakan serta mendapatkan informasi daerah terdampak lainnya di pulau Letti, Moa dan Lakor serta langkah penanganan yang sudah dilakukan oleh Pemkab MBD.
"Hasil kajiannya akan disampaikan kepada Kepala BNPB, Doni Monardo untuk diputuskan langkah-langkah penanganan lanjutan, termasuk penanganan darurat terhadap pengungsi yang masih menempati sejumlah fasilitas umum, sosial dan rumah kerabatnya.
John mengatakan, badai siklon tropis yang terjadi sejak 7 Mei 2019 melanda kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), MBD, Perairan Selatan Pulau Ambon, Laut Banda Bagian Utara, Perairan Kepulauan Kai, Perairan Kepulauan Aru.
Selain itu, Laut Arafuru Bagian Tengah, Laut Banda Bagian Selatan, Kepulauan Sermata dan Letti sehingga mengakibatkan terjadi cuaca buruk dengan dampak bencana alam di KKT dan MBD.
Kerusakan terparah akibat badai siklon tropis selama tiga hari tersebut dilaporkan terjadi di Pulau Letti dan Moa, kabupaten MBD, di mana air pada embung milik Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku meluap karena karena tinggi muka air naik sehingga air tampungan di dalamnya melimpah dan merendam permukiman masyarakat di beberapa titik.
Sejumlah pemukiman warga di Pulau Letti yang terendam yakni di desa Batumiau, Tomra, Nuwewang, Laitutun dan Nulely sehingga masyarakat mengungsi sejak Rabu (8/5).
Selain itu pada Rabu (8/5) di desa Tounwawan dusun Poliwu, Pulau Moa juga dilaporkan terjadi pohon tumbang akibat angin kencang dan banjir menggenangi 97 unit rumah warga, sehingga 97 kepala keluarga (KK) atau 485 jiwa sementara mengungsi di gedung gereja GSJA serta akses jalan menuju lokasi masih terputus dikarenakan lokasi masih terendam air.
Banjir yang melanda dusun Poliwu juga menyebabkan gedung Sekolah Dasar Kristen Poliwu tidak bisa digunakan karena tinggi muka air mencapai 1,5 meter.
Begitu juga sembilan unit rumah warga serta masing-masing satu unit rumah dinas guru dan kantor desa di Desa Luang Timur, kecamatan Mdona Hyera rusak berat, bangunan SD Inpres rusak ringan serta satu kapal (dalam kondisi rusak) tenggelam akibat gelombang tinggi.
Bajir juga dilaporkan terjadi di Kota Tiakur dengan ketinggian muka air antara 60 centimeter hingga 1,5 meter menyebabkan 28 unit rumah tergenang air, sehingga 15 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke gedung serbaguna Tiakur serta rumah kerabatnya.
Banjir akibat siklon tropis juga menggenangi seluruh pemukiman di Desa Teinaman, kecamatan Wuarlabobar dengan ketinggian 30 - 45 centimeter sehingga 274 KK terpaksa mengungsi, genangan air yang mengalir ke pantai menyebabkan dua unit rumah roboh, satu unit rusak ringan serta merusak dan mematahkan talud penahan gelombang sepanjang 275 meter dengan tiga titik kerusakan.
Sedangkan di kabupaten Kepulauan Tanimbar dilaporkan badai tersebut menyebabkan terjadinya tanah longsor di kelurahan Saumlaki dan dua rumah warga rusak berat.
"Kami masih terus berkoordinasi dengan BPBD untuk memantau perkembangan penanganan darurat dampak badai siklon tropis," kata John.
Bencana alam tersebut juga telah dilaporkan kepada Gubernur Maluku, Murad Ismail dan Wakil Gubernur Barnabas Orno untuk diambil langkah-langkah penanganan lanjutan.
Baca juga: BPBD Maluku data kerusakan akibat siklon tropis di MBD
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019