Surabaya (ANTARA News) - Di Jawa Timur ada lima daerah yang berpotensi sebagai tempat pengembangan industri semen karena struktur tanahnya cocok untuk bahan baku semen.Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Cipto Budiono, kelima daerah itu adalah Kabupaten Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Gresik dan Bangkalan. Dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kasubdin Perdagangan Luar Negeri, Dhidhi Teguh Wijono, pada pembukaan Sosialisasi Forum Komunikasi Pengembangan Industri Semen di Surabaya, Rabu, Cipto mengatakan, lima daerah tersebut sangat prospektif untuk menambah kapasitas produksi semen nasional. Dengan demikian, lanjutnya, ke depan Indonesia tidak tergantung pada semen impor terus menerus. Apalagi, sejak bencana gelombang pasang di Aceh impor semen terus meningkat. Menurut dia, pada 2004 impor semen sebanyak 80.000 ton, pada 2005 sebanyak satu juta ton dan pada 2006 sebanyak 1,2 juta ton. Impor semen itu khususnya untuk pembangunan di wilayah Indonesia bagian barat. Lebih lanjut Cipto menjelaskan, setiap tahun permintaan semen untuk pembangunan jalan, jembatan dan pembangunan rumah terus meningkat. Disisi lain, indutri semen dapat menyerap tenaga kerja yakni sekitar 15.657 orang. Jumlah tenaga kerja tersebut yang terserap dari sembilan industri semen di Indonesia seperti Semen Gresik, Semen Andalas Indonesia (7.500 orang), dan Semen Padang, Tonasa, Batu Raja, Cibinong, Kupang, Bosowa, dan Indosemen Tunggal Perkasa. Sementara itu Kepala Subdit Kerjasama Industri dan Investasi Departemen Perindustrian, Wisnu Samosir, menambahkan, sembilan industri semen tersebut hanya mampu memproduksi sekitar 47,92 juta ton per tahun. Jumlah itu jika dibandingkan dengan produksi semen Cina masih jauh. China pada 2005 memproduksi 1,5 miliar ton dan 2006 menjadi 1,6 miliar ton. Dengan demikian, perlu diwaspadai, karena tidak menutup kemungkinan di Indonesia akan dibanjiri semen produk Cina dengan harganya lebih rendah, sebab bea masuk semen saat ini nol. Karena itu, ia akan mengusulkan agar bea masuk impor semen dipatok 10 persen.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007