Nusa Dua (ANTARA News) - Sekjen PBB Ban Ki-moon kepada pers di Nusa Dua, Bali, Rabu, menegaskan bahwa sidang UNFCCC (Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim) di Bali, merupakan sebuah "persimpangan"
(crossroad) yang akan menentukan masa depan dunia.
Ia menyebut persimpangan ini menawarkan dua pilihan, yakni tercapainya kesepakatan rejim iklim yang baru, atau pengkhianatan terhadap generasi penerus yang mewarisi masa depan.
Secara khusus Ki-moon menyebutkan, dana adaptasi perubahan iklim yang telah disepakati akan dikelola oleh negara-negara berkembang, adalah satu lompatan yang sangat penting dari konferensi ini.
Menjawab pertanyaan dari jurnalis tentang target reduksi emisi negara-negara maju?, Ki-moon memperkirakan, "Bali Roadmap" - yang menjadi bahan pembahasan perencanaan kerangka rejim iklim dalam 2 tahun ke depan - tidak akan mencantumkan target reduksi emisi untuk periode waktu ke depan.
"Secara prinsip, memang seharusnya emisi negara maju diturunkan 25-40 persen pada tahun 2020, itu berdasarkan rekomendasi Panel Ilmiah Antar-Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) bulan November 2007. Dan rekomendasi ini adalah panduan kita dalam negosiasi Bali," kata pria berkebangsaan Korea Selatan itu.
Namun meskipun demikian, Ki-Moon menduga para delegasi dalam konferensi tidak akan terlalu ambisius menentukan target reduksi emisi.
"Tapi, tetap saja kita harus sampai pada tahap menentukan patokan target reduksi emisi itu," katanya menegaskan.
Ki-moon menambahkan, "Kita harus bekerja keras untuk sampai ke tahap kesepakatan `Bali Roadmap`, sebagai agenda negosiasi hingga tahun 2009 di Sidang UNFCCC Denmark."
Dalam kesempatan itu, Sekjen PBB menyerukan, agar Sidang Bali sukses menghasilkan kesepakatan internasional menjelang COP di Denmark tahun 2009.
"Di Sidang Umum PBB September lalu, para pemimpin negara di dunia telah menunjukkan `political will` yang tinggi dalam upaya mengatasi perubahan iklim bersama-sama," katanya.
Ia melanjutkan, "Dan sekarang saya mendesak, agar mereka kembali menunjukkan `political will` itu di Sidang Bali."
Antara hari ini hingga tahun 2009 - tenggat waktu negosiasi kerangka rejim iklim pasca periode pertama Protokol Kyoto - tidaklah lama lagi.
"Kita harus perketat negosiasi kita. Harus punya kerangka negosiasi yang ketat," demikian Sekjen PBB Ban Ki-moon.
Sidang UNFCCC di Bali dihadiri oleh sekitar 10.000 peserta dari berbagai negara di dunia. Sidang tingkat tinggi telah dibuka oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pada Rabu pagi.(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007