Nusa Dua (ANTARA News) - Sekretaris Eksekutif Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) Yvo de Boer dalam sambutannya pada Konferensi Para Pihak (CoP) ke-13 dan Pertemuan Para Pihak untuk Protokol Kyoto (CoP) ke-3 di Nusa Dua, Rabu, mengajak semua pihak untuk melakukan tindakan nyata secepatnya.
"Pesan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) sudah mengungkapkan dengan jelas bahwa ilmu pengetahuan membuktikan perubahan iklim terjadi akibat aktivitas manusia, dan bahwa dampaknya serius di mana pihak miskin paling menjadi korban," kata de Boer.
Pada 2020, lanjut dia, 75-250 juta orang Afrika diperkirakan mendapat masalah besar soal air akibat perubahan iklim, sedangkan menjelang 2050 air segar yang selama ini tersedia di Asia akan terancam karena gletsyer yang menyediakan air selama ini meleleh.
Sedangkan akibat naiknya permukaan air laut, ujarnya, sepersepuluh dari populasi global yang hidup hingga 10 meter di atas muka laut di daerah pesisir akan terpapar bahaya banjir, badai dan siklon.
Naiknya permukaan air laut juga mengancam kota-kota besar dunia mulai dari Alexandria hingga Hamburg, Los Angeles, Jakarta, Shanghai dan lain-lain, juga 16 dari 19 kota terbesar dunia dengan populasi lebih dari 10 juta di tepi pantai.
Naiknya muka laut, ujarnya, juga akan menyapu pulau-pulau kecil di negara-negara berkembang, tambahnya.
Dengan demikian, jika semua pihak tidak mau bertindak sekarang mengatasi perubahan iklim maka konsekuensinya dunia akan masuk dalam konflik di mana pada 2010 akan ada 50 juta pengungsi akibat lingkungan dan deforestasi.
"Orang juga akan terlibat konflik untuk berkompetisi memperebutkan air, energi dan makanan," katanya.
"Saya shocked bahwa ada yang mengatakan bahwa apa yang dinyatakan IPCC ini hanya sejenis `science fiction`," katanya.
Untuk mengatasi peningkatan drastis kelaparan akan energi dunia, ujarnya, investasi masif mencapai 20 triliun dollar AS dibutuhkan hingga 2030, lebih dari separuh investasi ini dibutuhkan di negara-negara berkembang untuk pertumbuhan ekonomi dan 86 persen merupakan sektor swasta.
Jika tidak sukses melakukan investasi untuk emisi rendah ini, lanjut dia, maka emisi global akan meningkat 50 persen pada 2050, bukannya menurun 50 persen seperti jika berhasil.
"Jadi yang dapat mulai dilakukan adalah lakukan negosiasi, setujui agenda yang ambisius ini dan jadikan 2009 sebagai batas akhir dari negosiasi. Kita tak mungkin meninggalkan planet yang unik ini," demikian de Boer. (*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007