Nusa Dua (ANTARA News) - Ketua Panel Ilmiah Antar-Pemerintah (IPCC) Rajendra K. Pachauri menyampaikan laporan ilmiah ke-4 IPCC tentang perubahan iklim kepada para peserta sidang tingkat tinggi UNFCCC (Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim), di Nusa Dua, Rabu.
Pachauri menyampaikan pernyataannya lewat rekaman video singkat yang ditayangkan di dalam rangkaian pernyataan resmi beberapa kepala negara, Sekretariat UNFCCC, dan Sekjen PBB.
Beberapa butir pernyataan Pachauri terkait dengan upaya mitigasi terhadap perubahan iklim.
"Mitigasi tidaklah mahal. Biayanya masih jauh lebih murah daripada jika kita harus melakukan penanganan dampak fatal perubahan iklim," kata Pachauri, yang terlihat mengenakan dasi berwarna kuning tersebut.
Ia menjelaskan, laporan terbaru IPCC yang diluncurkan pada November 2007 menawarkan beberapa skenario mitigasi.
"Jika kita ingin mempertahankan emisi gas rumah kaca, khususnya gas karbondioksida (CO2) di tingkat 445-490 ppm antara tahun 2000-2015, maka biaya yang dibutuhkan adalah tiga persen GDP pertahun hingga tahun 2030," katanya.
Skenario itu bisa terwujud dan membawa hasil kalau semua pihak di dunia memasang target emisi tertinggi pada 2015, katanya, dan setelah itu emisi karbon terus diturunkan.
"Kita harus mengimbangi kenaikan suhu permukaan Bumi dan berbagai dampak buruk perubahan iklim dengan dana mitigasi yang memadai," ujar pria berkebangsaan India tersebut.
Pachauri memaparkan, upaya mitigasi harus dilakukan sekarang juga, lewat perubahan kebijakan dan kalau perlu gaya hidup semua orang.
Kebijakan politik dan kebijakan nasional harus diubah ke arah upaya menurunkan emisi karbon, dan mengganti sumber-sumber bahan bakar bakar ke jenis yang terbarukan.
Peralihan kebijakan energi ini, kata Pachauri, adalah salah satu kunci sukses mengatasi perubahan iklim, karena sumber energi yang menghasilkan emisi karbon harus segera disudahi.
"IPCC dengan jelas telah menunjukkan kepada dunia bahwa kita semua terkena dampak buruk dari perubahan iklim, dan kita harus pastikan agar para pengambil keputusan di negeri masing-masing dan masyarakat secara luas secara bersama-sama mengambil aksi konkrit," ujarnya.
"Kita harus mengambil aksi dan lakukan hal itu sesegera mungkin supaya masa depan generasi mendatang bisa terselamatkan," tambah Pachauri.
Dalam laporan ke-4 IPCC, disebutkan bahwa perubahan iklim sudah menunjukkan dampak nyata di berbagai belahan dunia.
Curah hujan tercatat naik di berbagai kawasan, sementara curah hujan menyusut di kawasan lain seperti di Afrika.
Efek berubahnya iklim global juga menyebabkan jutaan bahkan miliaran orang di dunia kesulitan mendapat akses air bersih.
Diperkirakan pada tahun 2020, sekitar 75juta-250juta orang di Afrika akan sulit mendapat air bersih. Sementara banjir dan badai yang kian sering akan terus melanda negara-negara Asia.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007