Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul ULama (PBNU), Hasyim Muzadi, menilai bahwa Wakil Kepala (Waka) Badan Intelijen Negara (BIN) yang juga warga Nahdlatul Ulama (NU), M. As`ad, tidak mungkin terlibat dalam kasus pembunuhan Munir. "Pak As`ad itu diuntungkan dengan adanya reformasi, yang antara lain dipelopori Munir. Kalau tidak ada reformasi dia tidak mungkin jadi Waka BIN," kata Hasyim, seusai bertemu Wakil Presiden (Wapres), M. Jusuf Kalla, di Kantor Wapres Jakarta, Selasa. Oleh karena itu, Hasyim menyatakan, tidak logis apabila As`ad terlibat konspirasi membunuh Munir. "Jadi tidak logis dia marah-marah sama Munir. Apalagi membunuh," katanya. Hasyim mengatakan, mengenal betul M. As`ad yang selama ini sangat aktif di organisasi NU. As`ad dinilainya memiliki kepribadian yang sangat santun dan sama sekali bukan sosok yang jahat. "Saya sebagai orang yang tahu betul Pak As`ad. Saya rasa dia tidak mungkin punya niat jahat seperti itu," katanya. Hasyim justru mencurigai isu keterlibatan As`ad dalam kasus pembunuhan Munir digulirkan pihak-pihak tertentu untuk menggoyang orang sipil di tubuh BIN. Untuk itu Hasyim meminta semua pihak agar tidak menilai M. As`ad terlebih dahulu karena dia yakin berbagai tuduhan pada As`ad tersebut tidak akan terbukti di pengadilan. "Kita tunggu saja proses pengadilan selesai," ujarnya. Sidang kasus pembunuhan Munir kembali bergulir, Selasa (11/12), dengan terdakwa mantan Direktur Utama (Dirut) Garuda, Indra Setiawan. Dalam persidangan tersebut, majelis hakim menolak permintaan jaksa untuk menghadirkan agen BIN, Budi Santoso, sebagai saksi. M. As`ad sebelumnya disebut-sebut oleh Indra Setiawan telah menandatangani surat yang dikirimkan BIN kepadanya. Isi surat meminta Garuda menugaskan Pollycarpus sebagai "corporate security" dalam penerbangan Garuda yang ditumpangi Munir. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007