Bogor (ANTARA News) - Pengusaha yang sukses membawa tiga grup perusahaan selama tiga orde politik, Ir. Ciputra, merasa miris melihat kondisi bangsa Indonesia yang sampai saat ini masih bermental terjajah, dan salah satu dampaknya adalah banyaknya pengangguran, karena tidak seimbangnya angkatan kerja dan kesempatan kerja, serta mahasiswa juga dilihatnya sebagai calon pengangguran. "Kondisi ini terjadi karena bangsa Indonesia hanya siap bekerja untuk orang lain, bukan membuka pekerjaan untuk orang lain," kata Ciputra ketika berbicara pada seminar internasional "The Importance of Agriculture Entrepreneur Education in Indonesia: From Vision to Action", di IPB International Convention Center (IICC), Bogor, Selasa. Pendiri tiga grup perusahaan, Jaya Grup, Metropolitan Grup, dan Ciputra Grup itu menegaskan, untuk mengatasi pengangguran, `kita` harus mengubah paradigma dari mental terjajah menjadi mental entrepreneur. "Bangsa Indonesia dijajah selama 360 tahun, sehingga dalam kurun waktu tersebut tidak ada pendidikan entrepreneurship," kata pria kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931 ini. Oleh karena itu, ia mendesak pada pemerintah dan perguruan tinggi, agar segera menggalakkan pendidikan entreprebneurship untuk mengubah mentalitas bangsa dari mencari pekerjaan menjadi membuka pekerjaan. Ia telah membuktikan hal ini dengan mendirikan tiga grup perusahaan yang sukses melampui tiga periode politik, yakni orde lama, orde baru, dan orde reformasi. Meskipun pada krisis moneter 1997, ketiga grup perusahaannya sempat menurun, tapi dengan jiwa entrepreneur yang dimilikinya ketiga perusahaan itu bangkit lagi. "Dari tiga grup perusahaan itu, kini sembilan perusahaan sudah go public dan tahun depan depan dua perusahaan lagi siap go public," kata anak desa yang tidak dibesarkan di lingkungan pengusaha ini. Padahal, alumnus Fakultas Teknis Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, ketika memulai karirnya di Jaya Grup, yakni perusahaan milik Pemerintah DKI Jakarta, hanya memiliki modal sebuah sepeda motor butut. Namun, ia dipercaya pemerintah DKI Jakarta untuk mengelola Jaya Grup dengan kebebasan dan kreativitasnya. "Untuk membangun jiwa entrepreneur diperlukan, integritas, kreatif dan inovatif, bekerja keras dan disiplin, memiliki perhitungan yang matang, serta berani menempuh risiko," katanya. Hal lain yang harus ditumbuhkannya, kata dia, adalah sikap optimisme dan berpikir positif. "Kita harus yakin, bahwa kita mampu dan kita harus yakin Tuhan bersama kita," kata raja real estate Indonesia tersebut. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007