Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar IBCLC mengatakan ibu yang sedang menyusui bayinya dengan air susu ibu (ASI) eksklusif sebaiknya tidak memaksakan diri untuk berpuasa saat Ramadhan.

"Allah memberi kita keringanan tidak berpuasa saat menyusui. Kita bisa membayar dengan berpuasa setelah tidak lagi menyusui," kata Nia saat dihubungi di Jakarta, Sabtu.

Nia mengatakan Al Quran menyatakan bahwa menyusui adalah ibadah bagi seorang ibu. Yang terpenting adalah ibu harus bisa mengenali kondisi diri dan bayinya ketika memutuskan akan berpuasa Ramadhan.

Bayi usia hingga enam bulan yang hanya minum ASI eksklusif betul-betul hanya mengandalkan menyusu dari ibunya. Sementara ibu menyusui juga harus memperhatikan kondisi dan asupan makanan yang dikonsumsi.

"Menyusui yang efektif akan membuat ibu haus. Bila berpuasa, tentu rasa hausnya akan lebih berlipat ganda," tuturnya.

Menurut Nia, ada juga bayi yang sensitif dan akan lebih rewel bila ibu berpuasa saat menyusui. Karena itu, ibu menyusui juga harus bisa membaca tanda-tanda yang ditunjukkan oleh bayi.

"Tentu ibu satu dengan yang lain berbeda kondisinya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi seperti hormon, aktivitas. Setiap ibu harus bisa mengukur kemampuan masing-masing," katanya.

Yang harus diingat, kata Nia, jangan menjadikan menyusui sebagai kompetisi dengan ibu menyusui yang lain. Jangan karena melihat ibu menyusui lain bisa tetap berpuasa, lalu memaksakan untuk ikut berpuasa tanpa mempertimbangkan kondisi diri dan bayi.

"Ingat, menyusui anak itu adalah ibadah," ujarnya.

Baca juga: AIMI: Iklan susu formula lampaui batas etika

Baca juga: Keberadaan ruang laktasi di Jateng masih langka

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019