Jakarta (ANTARA News) - Harga beras di Indonesia saat ini lebih tinggi hingga 30 persen dibanding harga beras dunia sehingga dinilai tidak kompetitif di pasaran internasional Dirut Perum Bulog Mustafa Abubakar di Jakarta, Selasa, mengatakan, kondisi tersebut menyebabkan daya saing Indonesia rendah jika ingin menjadi eksportir beras dunia. "Kita akan kesulitan mengekspor beras jika harga beras kita lebih tinggi dibanding harga internasional. Oleh karena itu harga beras Indonesia harus diusahakan mendekati harga beras dunia," katanya. Dalam diskusi perberasan yang diadakan sebuah harian ibukota, Dirut Bulog mengatakan, harga beras dunia saat ini sekitar Rp3.000-Rp3.500/kg seperti beras Vietnam seharga Rp3.200 sedangkan Thailand Rp3.400-Rp3.500/kg. Sementara itu, tambahnya, beras Indonesia harganya mencapai Rp4.000-Rp5.000/kg dan cenderung meningkat terus setiap tahun sehingga Indonesia akan kalah bersaing dengan negara produsen beras lainnya. Selain mengakibatkan rendahnya daya saing Indonesia di pasar beras internasional, menurut dia, tingginya harga beras di dalam negeri juga akan menimbulkan impor beras ilegal atau penyelundupan. Mustafa mengatakan, untuk meningkatkan daya saing beras Indonesia di tingkat dunia maka upaya yang bisa dilakukan yakni bukan kemudian menurunkan harga beras di dalam negeri namun mendekatkan dengan harga beras dunia yang diperkirakan akan mencapai Rp5.000/kg. Selain itu, juga harus diimbangi dengan menaikkan produksi padi nasional melalui peningkatan produktivitas dan penambahan areal tanam sehingga Indonesia bisa menjadi swasembada pangan bahkan surplus dan tidak perlu mengimpor beras dari luar. Dirut Bulog menyatakan optimistis pada 2009 Indonesia akan mampu meraih swasembada padi, apalagi jika didukung penanganan pasca panen yang baik. "Buruknya penanganan pasca panen saat ini mengakibatkan tingkat kehilangan hasil panen sangat tinggi yakni 20,4 persen dari produksi," katanya. Dengan penanganan pasca panen yang baik, tambahnya, tingkat kehilangan hasil bisa ditekan hingga 2,5 persen sehingga mampu mendapatkan tambahan produksi sekitar 600 ribu ton jika produksi nasional saat ini 55 juta ton gabah kering giling. Sedangkan dengan peningkatan produktivitas tanaman dari 4 ton per hektar menjadi 5 ton per hektar akan dihasilkan tambahan hasil sekitar 1,6 juta ton sehingga keseluruhan bisa meningkat 2,1 juta ton.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007