Jakarta (ANTARA News) - Seorang peserta sidang umum ke-13 Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA) dari kawasan Timur Tengah menghampiri petugas operator usai penayangan presentasi Gurubesar Universitas Bowling Green Ohio, Prof Dr Oliver Boyd-Barrett. "Tolong ganti latar belakang gambar ini," katanya di Jakarta, Senin, sembari menunjuk layar laptop bergambar sebuah kapal induk AS yang sedang berlayar di tengah samudra. Belum lagi operator itu tersadar, peserta yang merasa keberatan atas gambar itu langsung memencet tombol laptop dan mengganti gambar itu dengan latar belakang warna biru yang menyisakan tulisan "windows". Belakangan barulah dimaklumi bila seorang peserta itu "tidak berkenan" dengan berbagai hal yang berbau Barat. Terlebih Barrett pada seminar internasional bertema "Masa Depan Kantor-Kantor Berita Pada Era Konvergensi Media (The Future of News Agencies in the Media Convergence Era)" itu menyebutkan bahwa salah satu ancaman arus berita yang terus berlangsung adalah soal westernisasi. Westernisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cetakan III Oktober 2005 berarti pemujaan terhadap Barat yang berlebihan alias pembaratan. Dalam konteks berita sudah sejak lama terjadi dominasi arus berita dari dunia Barat ke dunia Timur. Tak heran bila suara-suara Barat dalam pemberitaan dan pembentukan opini dunia sangat dominan, sedangkan suara-suara dari Timur atau negara-negara yang sebagian besar masih berkembang tak berdaya. Barret mengatakan bahwa kantor-kantor berita dari dunia Barat seperti Reuters dan AFP serta televisi CNN akan terus mengembangkan bisnis pemberitaan mereka di seluruh dunia dan hal itu menjadi tantangan bagi kantor-kantor berita di belahan dunia lain termasuk anggota OANA untuk menghadapinya. "Westernisasi akan berlangsung terus," katanya. Secara awam dapat ditangkap bahwa pemberitaan internasional sangat didominasi oleh media-media Barat padahal jumlah penduduk terbesar berada di belahan Timur. "Dunia ternyata tidak rata," kata Liu Jiang, Wakil Pemred Kantor Berita Xinhua yang dikutip Wakil Pemimpin Pelaksana Redaksi ANTARA Ahmad Kusaeni dalam makalah berjudul "Memperkuat Suara Asia dalam Kancah Internasional" yang dibawakan dalam pertemuan Forum Kerjasama Media di Tianjin, China, baru-baru ini. Bahkan Felix Soh, Wakil Pemred suratkabar The Straits Times, yang dikutip Kusaeni, mengatakan bahwa dominasi Barat tersebut bukan merupakan tatanan informasi dunia baru melainkan penjajahan informasi. Menghadapi dominasi Barat tersebut, pers dari belahan Timur harus bangkit menyeimbangkan arus informasi tersebut dan OANA harus bisa memelopori perlawanan atas dominasi Barat itu. "Kita harus melawan dominasi Barat. Kita harus melawan penjajahan informasi ini," kata Kusaeni.Bangkit OANA mesti bangkit. OANA mesti mensinergikan seluruh anggotanya menjadi sebuah simpul yang kuat dalam kerjasama pemberitaan dan penyebaran informasi yang bermanfaat bagi kemajuan kawasan dan penyeimbang dominasi Barat. Saat ini anggota OANA terdiri atas 38 kantor berita dari 32 negara Asia Pasifik, dengan satu pengamat (observer) yakni AFP. Anggota OANA adalah AAP Information Services (Australia), Agence Khmer de Presse (Khmer), Anadolu News Agency (Turki), ANTARA (Indonesia), Asian News International (India), Associated Press of Pakistan (Pakistan), Azertac (Azerbaijan), Bakhtar News Agency (Afghanistan), Bangladesh Sangbad Sangstha (Bangladesh), Bernama News Agency (Malaysia), Emirates News Agency (Uni Emirat Arab). Lalu, Islamic Republic News Agency (Iran), ITAR-TASS (Rusia), Jiji Press (Jepang), Kazinform (Kazakhstan), Korean Central News Agency (Korea Utara), Khabar (Kazakhtstan), Kuwait News Agency (Kuwait), Kyodo News Agency (Jepang), Kyrgyz News Agency "Kabar" (Kirgistan), Langkapuvath (Srilangka), Lao News Agency (Laos), Montsame (Mongolia). Kemudian, Oman News Agency (Oman), PPI (Pakistan), PNA (Filipina), Press Trust of India (India), QNA (Qatar), Rastriya Samachar Samati (Nepal), Ria Novosti (Rusia), SABA (Yaman), SNA (Suriah), Saudi Press Agency (Arab Saudi), TNA (Thailand), UNB (Bangladesh), VNA (Vietnam), Xinhua News Agency (China), dan Yonhap News Agency (Korsel). OANA dibentuk tahun 1961 sebagai hasil inisiatif dari Organisasi PBB yang membidangi soal pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya (Unesco). Sudah 46 tahun OANA berperan dalam pertukaran pemberitaan internasional di kawasan Asia Pasifik namun dominasi Barat masih terasa. Oleh karena itu tema sidang umum OANA ke-13 di Jakarta 10-14 Desember 2007 menjadi sangat relevan untuk merenungkan hal itu dan membuat komitmen baru. Terlebih tema yang diangkat adalah "Kantor-Kantor Berita Dalam Era Konvergensi Media: Memperkuat dan Mempromosikan Suara Asia Pasifik (News Agencies in the Media Convergence Era: Strengthening and Promoting The Asia Pacific Voice". Salah satu hal yang harus dioptimalkan adalah media massa harus peka terhadap perkembangan teknologi informasi agar bisa beradaptasi dengan permintaan masyarakat yang kini semakin menuntut industri media memberikan perhatian yang lebih terhadap kemudahan dan kecepatan akses informasi. Direktur Utama LKBN ANTARA Dr.Ahmad Mukhlis Yusuf yakin bahwa praktisi industri media saat ini harus mengejar dan beradaptasi dengan segera atas perkembangan teknologi informasi. "Saat ini dunia sedang mengarah pada konvergensi media. Termasuk terpicunya kebutuhan atas media online," katanya. Ia mengatakan, dengan penguasaan teknologi informasi maka media termasuk kantor berita memiliki kesempatan untuk meningkatkan layanan penyediaan informasi. "Sebagai contoh, organisasi kantor berita Asia Pasifik telah mendiskusikan dan membangun teknologi informasi pada awal dekade 1990-an dan menghasilkan situs resmi organisasi tersebut," katanya. Menurut dia, dengan dimulainya era dunia maya tersebut, maka pengiriman berita dan pertukaran berita oleh kantor berita dapat dilakukan melalui jaringan internet yang memberikan kontribusi terhadap penurunan biaya operasional yang selama ini cukup tinggi bila menggunakan teknologi telekomunikasi yang lama seperti teleks. Sementara Barrett mengatakan, keberadaan organisasi kantor berita baik dalam skala regional maupun internasional memberikan dampak yang baik terhadap perkembangan kantor berita yang menjadi anggotanya. "Melalui organisasi seperti itu dapat dilakukan pengkajian masalah yang dihadapi oleh negara anggota, dapat juga dilakukan berbagai kerjasama yang pada akhirnya memberikan keuntungan pada masing-masing kantor berita," tambahnya. Barret juga memaparkan dalam era konvergensi media saat ini banyak hal yang harus dilakukan kantor berita untuk menyikapi perubahan industri media yang saat ini tengah terjadi. "Kantor berita saat ini harus pula meningkatkan kualitas layanan mereka pada publik dengan mengedepankan transparansi dan artikulasi yang lebih tajam dalam pemberitaan sehingga masyarakat atau publik memahami mengapa berita tersebut disampaikan oleh kantor berita," paparnya. Gurubesar UI, Alwi Dahlan juga mengatakan, untuk memuluskan agenda reformasi kantor berita, pemahaman tentang teknologi informasi yang telah berkembang pesat saat ini menjadi prasyarat mutlak. Sedangkan pemimpin Kantor Berita Bernama Datuk Azman Ujang mengingatkan, wacana reformasi kantor berita sudah sangat mendesak. "Menghadapi ketimpangan arus informasi dengan negara maju, OANA harus melakukan aksi nyata dan memperbaiki kualitas pelayanan informasi," kata Azman yang segera menyerahkan jabatan Presiden OANA kepada Mukhlis seusai sidang umum ke-13 OANA tersebut. Dia menambahkan, "bila slogan-slogan saja, itu sudah dilakukan sejak dulu. Tetapi kalau hanya itu, sampai tua kita hanya begini-begini saja." "OANA juga harus menggalang kekompakan antara anggotanya," katanya menambahkan. Untuk kompak tak ada kata lain bagi OANA kecuali harus melakukan konsolidasi organisasi dengan mempererat kerjasama. Bangkitlah OANA. Semoga berhasil. (*)

Oleh Oleh Budi Setiawanto
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007