Saat ini, potensi peningkatan gejala proteksionisme di seluruh dunia bahkan telah menurunkan volume pengiriman barang secara global ke tingkat terendah
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan pembenahan neraca transaksi berjalan dapat terhambat oleh tingginya tensi perang dagang antara AS dengan China.
"Proyeksi neraca transaksi berjalan ke depan dipengaruhi oleh perang dagang AS dan China yang dapat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia," kata Satria dalam pernyataan di Jakarta, Jumat.
Satria mengatakan saat ini AS dan China merupakan negara utama ekspor Indonesia dan menyumbang kontribusi sekitar 25,87 persen total ekspor nasional.
Dengan potensi tingginya perang dagang antara kedua negara, maka permintaan dari mitra dagang tersebut akan berkurang dan dalam jangka pendek dapat mengurangi ekspor.
"Saat ini, potensi peningkatan gejala proteksionisme di seluruh dunia bahkan telah menurunkan volume pengiriman barang secara global ke tingkat terendah," ujar Satria.
Menurut dia, setiap perkembangan negatif dalam perdagangan global dapat menyulitkan pembuat kebijakan untuk memperbaiki neraca keseimbangan eksternal.
"Kondisi ini dapat membatasi ruang Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneter," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan I-2019 sebesar 7,0 miliar dolar AS atau 2,6 persen dari PDB.
Defisit ini lebih rendah dari triwulan sebelumnya 9,2 miliar dolar AS atau 3,6 persen terhadap PDB, namun lebih tinggi dari periode sama tahun 2018 sebesar 5,19 miliar dolar AS atau 2,01 persen dari PDB.
"Defisit 2,6 persen ini juga lebih tinggi dari level aman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada akhir tahun 2019 sebesar 2,5 persen," kata Satria.
Defisit neraca transaksi berjalan dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor, sejalan dengan pengendalian impor yang dilakukan pemerintah kepada komoditas tertentu.
Transaksi modal dan finansial yang mengalami surplus pada triwulan I-2019 sebesar 10,1 miliar dolar AS ikut membantu menekan tingginya defisit neraca transaksi berjalan.
Surplus transaksi modal dan finansial ini didukung oleh masuknya aliran modal asing ke investasi langsung maupun portofolio karena persepsi positif investor kepada perekonomian Indonesia.
Meski demikian, menurut Satria, ekspektasi dari perlambatan ekonomi global dan peningkatan ketegangan perang dagang bisa memberikan ketidakpastian dan menghambat masuknya arus modal ke Indonesia.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019