Nusa Dua (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak dunia untuk menyelamatkan orangutan Indonesia guna menyelamatkan bumi. Hal tersebut dikemukakan Presiden Yudhoyono dalam pidato sambutannya saat meluncurkan buku "Strategi Konservasi dan Rencana Aksi Indonesia Untuk Orangutan" di Bali, Senin sore, dalam acara tambahan Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC). "Orangutan adalah simbol dari hutan tropis, dengan menyelamatkan orangutan maka kita menyelamatkan hutan tropis yang mencegah emisi karbon," katanya menegaskan. Jika hutan tropis terjaga dengan baik, lanjut Presiden, "maka kita akan menyelamatkan beruang kutub sebagai simbol korban pemanasan global dan pada akhirnya menyelamatkan bumi dari perubahan iklim". Menurut Kepala Negara, orangutan sangat identik dengan hutan tropis Indonesia. Dan demi kelangsungan orangutan tidak ada alasan untuk mengabaikan hutan Indonesia. Dikemukakan oleh Presiden bahwa tanpa upaya konservasi orangutan, dikhawatirkan akan punah pada 2050 dari Indonesia. "Dalam 35 tahun terakhir, sekitar 15 ribu orangutan hilang akibat rusaknya hutan habitat mereka, dan akan punah pada 2050 jika ini terus berlangsung," katanya menambahkan. Sementara itu sebelum acara, Jurubicara Kepresidenan Dino Patti Djalal mengatakan bahwa orangutan adalah simbol dari dari fauna Indonesia. "Orangutan terkait dengan hutan, kalau orangutan hidup dan berkembang maka artinya hutan sehat," katanya. Upaya pemerintah untuk melindungi orangutan, lanjut dia, identik dengan usaha melindungi hutan dalam konteks pelestarian hutan berkelanjutan. "Upaya ini mendapat dukungan dari AS dan Australia," katanya. Sementara itu Terry Irwin, janda Steve Irwin --penggiat lingkungan asal Australia-- yang juga hadir dalam kesempatan itu mengatakan bahwa upaya penyelamatan orangutan yang dilakukan Indonesia menunjukkan kepemimpinan Indonesia menyelamatkan satwa langka. "Ini adalah kontribusi besar dalam upaya penyelamatan bumi," kata Terry yang mengaku telah berkali-kali mengunjungi Pulau Dewata yang sangat dicintai suaminya itu. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007