Jakarta (ANTARA) - Sejumlah saksi dari PKS, Partai Hanura, Partai Perindo dan PPP memutuskan "walk out" dari rapat pleno rekapitulasi suara pemilu di DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat sore.
Para saksi melakukan hal tersebut sebagai tanggapan atas keputusan forum untuk melanjutkan rapat, sementara menurut mereka, masalah terkait dugaan selisih suara belum diselesaikan.
“Saya merasa ini sudah tidak ada gunanya (dilanjutkan),” kata saksi PKS Agung Setiarso kepada wartawan.
Sebelumnya, saksi PKS diikuti saksi Partai Hanura mengemukakan adanya temuan selisih perolehan suara DPRD Provinsi di daerah pemilihan 7 dan 8 pada formulir DB1 dan data internal masing-masing partai tersebut.
Menurut Agung, terdapat kesalahan-kesalahan yang terjadi pada tingkat kecamatan dan kota, namun baru terlihat pada data rekapitulasi tingkat provinsi.
“Kondisinya tidak memungkinkan untuk dia (saksi di tingkat kota) mengecek suara kembali, makanya ketika kami menemukan adanya kesalahan di sini, adanya perbedaan yang cukup banyak, ya kami tidak bisa diam,” tambah dia.
Sementara itu, saksi Partai Perindo, Rimhot Turnip mengatakan bahwa pihaknya juga mempunyai data terkait perbedaan perolehan suara yang tidak bisa diselesaikan di pleno tingkat kota.
“Di Jakarta Selatan kami 'walk out' juga, karena kami minta penghitungan suara ulang,” kata Rimhot.
Menanggapi aksi "walk out" tersebut, Komisioner KPU DKI Jakarta, Partono menyebutkan bahwa rapat pleno akan terus berlanjut.
“Tidak masalah, karena tanpa ada tanda tangan saksi itu rekapitulasi tetap sah, di undang-undang seperti itu,” ujar dia.
Pewarta: Sri Muryono dan Suwanti
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019