Nusa Dua (ANTARA News) - Sebuah film tentang Hari Nyepi berdurasi hanya satu menit yang digandakan dengan VCD, menjadi rebutan sebagian delegasi dalam Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang berlangsung di Nusa Dua, Bali. "Banyak delegasi dari puluhan negara yang kemudian memesan copy dari VCD film Nyepi, setelah rekaman gambar tentang sunyinya Pulau Dewata itu diputar di hadapan sidang UNFCCC di Nusa Dua," kata Ketua Yayasan Wisnu (YW) Made Suarnatha, di Nusa Dua, Senin. Film yang diproduksi yayasan yang selama ini mengritisi masalah lingkungan dan sosial itu, menggambarkan tentang sunyi senyapnya Bali saat penduduknya merayakan Hari Nyepi. Pada hari raya yang berkaitan dengan kepercayaan Hindu tersebut, Bali tak ubahnya bagai pulau mati dengan tanpa aktivitas apapun di luar rumah. Tidak ada orang dan kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan, serta tidak pula ada pabrik atau dapur yang memancarkan asap pada hari raya yang jatuh setahun sekali itu, yakni setiap pergantian tahun saka. Suarnatha yang adalah peserta pada UNFCCC, mengungkapkan, berdasarkan hasil perhitungan pihaknya, sedikitnya 20 ribu ton emisi karbon (CO2) dapat ditekan untuk tidak "terbang" ke udara saat umat Hindu di Bali harus melakukan "beratha penyepian". "Beratha penyepian" pada hari raya tersebut meliputi empat jenis kegiatan yang tidak boleh dilakukan umat Hindu di Bali. Keempat jenis kegiatan tersebut, tidak boleh menyalakan lampu atau api (amati geni), tidak boleh bekerja (amati karya), tidak boleh bepergian (amati lelungaan) dan tidak boleh berhura-hura (amati lelanguan). Sehubungan dengan empat jenis larangan tersebut, kata Suarnatha, praktis tidak ada nyala api berikut tidak beroperasinya aneka kendaraan bermotor dan pabrik, yang merupakan sektor terbesar sebagai penyumbang karbon ke atmosfer bumi. "Dihitung dari jumlah kendaraan dan unsur lain yang diketahui memancarkan karbon di Pulau Dewata, terdadap angka yang 20 ribu ton CO2 yang bisa `dihemat` selama sehari Nyepi tersebut," katanya. Mengingat itu, ketua YW mengungkapkan bahwa konsep dan nilai filsafat yang terdapat dalam Nyepi, perlu dapat diadopsi berbagai negara di dunia terkait upaya menekan konsentrasi karbon di atmosfer bumi, yang adalah biang bagi timbulnya perubahan iklim dan pemanasan global. "Jika Nyepi bisa dilakukan dunia selama sehari untuk setahun sekali, tentu jutaan bahkan miliaran ton CO2 dapat ditekan untuk tidak lepas ke tmosfer bumi," ucapnya. Suarnatha menyebutkan, pihaknya bersama delegasi Indonesia yang lain sudah menawarkan konsep Nyepi ke hadapan sidang UNFCCC, namun hingga kini belum mendapat jawaban yang pasti. "Yang sudah pasti, copy film yang memuat Bali bagaikan pulau mati, telah banyak dipesan delegasi dari puluhan negara," ucapnya menjelaskan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007