Surabaya (ANTARA News) - Cerita pendek (Cerpen) berjudul "Bukan Yem" karya Etik Juwaita, seorang TKW asal Blitar, Jatim, yang bekerja di Hongkong, terpilih masuk 20 Cerpen Terbaik Indonesia 2008 dan akan diterbitkan dalam bentuk buku oleh PT Gramedia. "Saya senang banget ya, karena cerpen saya ternyata ada yang mau membaca dan masih dikasih bonus setara dengan satu bulan gaji kerja di Hongkong," kata Etik Juwita yang dimintai komentar lewat email oleh ANTARA Surabaya, Senin. Cerpen yang dimuat di satu harian terkemuka di Surabaya itu, bercerita tentang perjalanan pulang beberapa TKW dari berbagai negara dengan menggunakan mobil carteran dari Bandara Soekarno-Hatta ke berbagai tujuan, termasuk tokoh utama ke Blitar. Dalam cerpen itu, Etik bercerita, seorang pekerja di negeri lain yang begitu sadis memperlakukan anak majikannya. Sutiyem yang tidak mau disebut Yem itu, dengan bangga bercerita suatu ketika temannya memasukkan anak majikannya ke dalam mesin cuci. Sutiyem sendiri pernah mencampurkan racun tikus ke dalam campuran susu anak majikannya. Semua cerita Sutiyem menunjukkan betapa para pekerja rumah tangga itu, dendam kepada majikan yang dinilainya lebih tidak manusiawi. Para pekerja itu, agaknya belajar menghilangkan rasa kemanusiaannya dari majikan-majikan mereka. Cerita-cerita Yem itu dilukiskan Etik sangat mengganggu perjalanan sang tokoh utama menuju Blitar. Apalagi, mobil carteran itu penuh sesak dan penumpang sulit bergerak. Etik mengaku kaget, ketika mendapatkan kabar bahwa cerpennya terpilih untuk dibukukan itu dari seseorang di Jakarta. Cerpen Terbaik Indonesia dipilih dari 12 koran nasional. "Waktu mendapatkan kabar itu, yang saya pikirkan waktu itu adalah, siapa pula yang mau ngerjain saya ini. Saya baru percaya setelah dihubungi redaktur koran yang memuat cerpen saya itu," kata penulis berbakat yang hanya lulus SMA itu. Ia bercerita, Bonari Nabonenar, seorang aktivis penggerak sastra buruh migran Hongkong, juga bercerita bahwa dari 20 cerpen itu banyak yang dihasilkan oleh penulis-penulis terkemuka. "Saya tidak tahu orang-orang terkenal yang disebut Pak Bonari itu, apalagi membaca karya mereka. Di Hongkong itu saya tidak mudah untuk mendapatkan karya penulis-penulis Indonesia," katanya mengungkapkan. Ia mengemukakan bahwa terpilihnya cerpen Bukan Yem itu tidak akan pernah dilupakan seumur hidupnya. Pemilihan itu, merupakan sejarah dari proses kreatifnya sebagai penulis karya-karya fiksi. Informasinya, selain mendapatkan uang masing-masing Rp3,5 juta untuk cerpen terpilih, nantinya juga akan dipilih cerpen favorit pilihan pembaca. Untuk cerpen terpilih, kabarnya akan mendapatkan uang puluhan juta rupiah.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007