Nusa Dua (ANTARA News) - Sugar Grup Companies mendukung program ketahanan energi dengan mengadakan penelitian dan pengembangan ethanol sebagai bahan bakar yang dapat diperbarui serta ramah lingkungan.
Hal tersebut dilakukan karena perkembangan harga minyak dunia akhir-akhir ini terus meningkat pesat bahkan mendekati 100 dollar AS per berrel.
"Dari hasil penelitian kami sudah memiliki teknologi dan `know- how` untuk bionergi atau ethanol. Kami sudah memproduksi enhydrous ethanol yaitu ethanol dengan kadar air di bawah 0,2 persen serta kapasitas terpasang 70 juta liter per tahun," kata Direktur Sugar Group Companies, Husin Tjandra kepada pers di sela-sela mengikuti Pameran KTT PBB Perubahan Iklim (UNFCCC), di Nusa Dua, Bali, Senin.
Ia mengatakan, dengan keberhasilan lewat penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara di dunia, selain Brasil, yang mempunyai fisibilitas tertinggi untuk jenis biofuel. Hal tersebut tidak terlepas dari letak geografis Indonesia yang berada di garis Khatulistiwa sehingga investasi terbesar di bidang ini layak untuk dikosentrasikan di Tanah Air.
Hingga saat ini pihaknya telah mempunyai basis yang terpasang untuk meningkatkan ekspansi. Sesuai dengan harapan pemerintah agar semakin banyak komitmen swasta nasioanal dan internasional untuk membuka lapangan kerja di bidang agroindustri, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap energi yang berasal dari fosil.
"Semua usaha yang dilakukan sesuai dengan visi `Langit Biru` dari pemerintah untuk mengurangi polusi. Produk kami ini ramah lingkungan," ujar Husin Tjandra sambil menunjukkan sebuah mobil operasional Sugar Group yang sudah menggunakan bahan bakar premium dicampur ethanol.
Ditanya mengenai kenapa perusahaan itu memproduksi ethanol, Husin Tjandra mengatakan, hal itu dilakukan karena pihaknya ingin membantu menyukseskan pemerintah dalam ketahanan energi yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Selain itu diharapkan juga membantu pemerintah dalam pemecahan masalah energi yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan serta menarik minat investor asing melakukan investasi di Indonesia.
"Sekarang tinggal pemerintah, harus ada kebijakan yang pasti sehingga yang kami hasilkan sekarang ada manfaatnya. Kalau pemerintah ingin mengembangkannya tentu harus disiapkan lagi areal untuk tanaman tebu lebih luas. Dan tentu akan memperluas lapangan kerja di negara kita," kata Husin Tjandra menambahkan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007