Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati meminta orang tua tidak mengajarkan anak untuk berpuasa dengan paksaan tetapi harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia anak.

"Kalau dipaksa anak malah akan menjadi trauma dan tidak mau puasa lagi. Orang tua harus melihat situasi dan kondisi anak," kata Rita saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Rita mengatakan orang tua harus melihat kesiapan fisik dan psikologis anak ketika mulai mengajarkan anaknya berpuasa. Anak usia enam tahun hingga tujuh tahun sudah mulai bisa diajarkan berpuasa, tetapi jangan dipaksakan sehari penuh.

Pasalnya, anak usia enam tahun hingga tujuh tahun biasanya belum siap nalar dan fisiknya. Padahal, untuk bisa berpuasa sehari penuh, kematangan psikologi anak sangat menentukan.

"Prinsipnya orang tua perlu melatih anak berpuasa secara bertahap. Tidak perlu langsung sampai maghrib, tetapi bertahap sampai dzuhur, kemudian sampai ashar, baru sampai maghrib," tuturnya.

Anak yang lebih besar, kira-kira usia tujuh tahun atau delapan tahun, biasanya lebih kuat untuk berpuasa. Kepada mereka, orang tua bisa mengajarkan nilai-nilai berpuasa.

"Beri anak pemahaman tentang tujuan dari berpuasa, manfaatnya bagi kesehatan, serta sebagai rasa syukur atas nikmat Allah selama ini. Ajarkan juga pengendalian emosi saat berpuasa. Itu akan membuat anak menjadi lebih matang," katanya.

Namun, Rita mengatakan anak satu dengan yang lain berbeda. Biasanya anak bisa mulai diajarkan berpuasa pada usia enam tahun. Tetapi tidak jarang sudah anak usia empat tahun atau lima tahun sudah mulai belajar berpuasa.

"Intinya tidak bisa disamakan antara anak satu dengan yang lain. Pola pengasuhan antara keluarga yang satu dengan yang lain juga berbeda," tuturnya.

Baca juga: KPAI: Ramadhan saat tepat tingkatkan kelekatan orang tua dengan anak

Baca juga: KPAI: peningkatan literasi anak penting untuk cegah kekerasan

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019