Jakarta (ANTARA News) - Pada Januari 2008 Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan mengumumkan hasil investigasi terhadap pesawat AdamAir KI 574 yang jatuh di perairan Majene, Sulawesi Barat 1 Januari 2007. "Sesuai dengan ketentuan ICAO, 12 bulan setelah kecelakaan, KNKT merencanakan pada Januari 2008 akan merilis draf hasil investigasi dan penelitian tentang kecelakaan itu," kata Ketua KNKT, Tatang Kurniadi kepada pers di sela Workshop soal Human Factor di Jakarta, Senin. Sebelumnya sumber-sumber di lingkungan KNKT dan Departemen Perhubungan (Dephub) menyebutkan, upaya untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat yang menewaskan enam kru dan 96 penumpangnya tersebut akan sulit terungkap. Namun, saat diklarifikasi hal itu, Tatang menegaskan dan mengakui bahwa untuk pengungkapan kasus pesawat AdamAir tersebut, tingkat kesulitannya lebih tinggi karena datanya lebih sedikit. Dihubungi terpisah, juru bicara KNKT, J.A. Barata menegaskan pihaknya tetap akan mengungkapkan apa pun hasil investigasi selama setahun terakhir. "Meski diakui, data yang bisa diolah untuk investigasi hanya mengandalkan kotak hitam pesawat itu," kata Barata. Oleh karena itu, lanjut Barata, pengungkapan kasus AdamAir ini akan berbeda dari kasus GA 200 pesawat Garuda yang jatuh saat mendarat di Bandara Adisutjipto Yogyakarta, awal Maret 2007. "Tidak akan seperti Garuda. Saat Garuda, saksi-saksinya lengkap dan barang bukti ada," kata Barata.Lembaga Independen Tatang juga menyatakan, KNKT juga bersiap akan menjadi lembaga independen di bawah Presiden. "Rencana itu telah ditetapkan dalam cetak biru (blue print) KNKT lima tahun mendatang," kata Tatang. Dengan demikian, kata Tatang, nantinya KNKT menjadi lembaga independen terlepas dari Departemen Perhubungan. Selama ini, KNKT berada di bawah Dephub dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan. Anggarannya juga masih mengandalkan Dephub. Tatang juga menambahkan, hal itu juga telah disetujui Komisi V DPR. "Setelah independen, kami merencanakan akan membangun alat pembaca kotak hitam yang terdiri dari rekaman suara di kokpit (CVR) dan rekaman data penerbangan (FDR)," kata Tatang.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007