Kediri (ANTARA News) - Perusahaan penghasil benih jagung dan padi hibrida, PT Bisi International Tbk, tengah membangun pabrik baru dengan kapasitas produksi 20 ribu ton di Desa Pulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang diperkirakan menelan investasi Rp115 miliar.Wakil Presiden Direktur Bisi International, Jemmy Eka Putra, di Kediri belum lama ini menyatakan bahwa pembangunan pabrik baru itu dibiayai dari sebagian dana hasil Initial Public Offering (IPO) dan internal cash flow.Dari Rp115 miliar tersebut, Bisi mengalokasikan Rp75 miliar untuk membuat bangunan pabrik dan pembelian mesin-mesin, sementara Rp40 miliar digunakan untuk pembelian tanah untuk areal pabrik yang luasnya 10 hektar. Luas bangunan pabrik yang akan dibangun sekira 8 ribu meter persegi. "Mesin-mesin untuk fasilitas produksi baru itu sudah kita pesan dan sekitar Februari tahun depan sudah dikirim ke mari," jelasnya.Kini pengerjaan pabrik dimaksud sedang dalam tahap penyiapan lahan seperti mengurug, meratakan, dan memadatkan tanah. Tahap penyiapan lahan pabrik diperkirakan selesai pada bulan ini. Dengan pembangunan fasilitas produksi baru, menurut Jemmy, pada 2008 Bisi memiliki kapasitas produksi benih jagung dan padi hibrida dua kali lipat dari sekarang yang hanya 20 ribu ton menjadi 40 ribu ton. Pabrik yang akan beroperasi pada September 2008 tersebut, katanya akan menyerap tenaga kerja sekira 700 orang di luar petani yang akan menjadi mitra kerjasama perseroan melalui program tanam bagi hasil. Melalui program ini petani akan mendapatkan asistensi teknik penanaman jagung dan padi hibrida dari Bisi International, berikut bantuan bibit, dan pupuk tanaman.Saat ini jumlah petani yang bekerjasama dengan Bisi mencapai 40 ribu orang yang berasal dari kelompok-kelompok tani yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Dengan kerjasama ini petani akan diberikan bantuan benih jagung dan padi hibrida varietas baru yang memiliki keunggulan yakni produktivitas tinggi, umur panen lebih pendek, dan lebih tahan terhadap serangan penyakit maupun hama.Beberapa produk unggulan Bisi International saat ini adalah jagung hibrida Bisi-12 dan Bisi-16 serta padi hibrida Intani-2. Kedua jenis jagung hibrida varietas baru itu memiliki tingkat produktivitas hingga 14 ton per hektar pipil panen, sedangkan padi hibrida Intani-2 mampu menghasilkan 13,68 ton per hektar dengan umur tanaman hanya 85 hari.Energi AlternatifTerkait kian tingginya harga bahan bakar minyak, Bisi juga berniat menggunakan energi alternatif pengganti solar yakni dengan memanfaatkan janggel jagung sisa produksi pabrik. Dengan energi alternatif itu, menurut Jemmy, perusahaan bisa menghemat biaya produksi sekitar Rp100 per kilogram benih yang dihasilkan. "Selama ini janggel-janggel jagung sisa produksi Bisi dimanfaatkan pihak lain, ke depan akan kita gunakan untuk bahan bakar pengganti solar," kata Jemmy.Selama ini biaya penggunaan bahan bakar solar untuk produksi rata-rata Rp800 per kilogram benih, dan apabila menggunakan energi alternatif dari janggel jagung biaya bahan bakar yang dikeluarkan hanya Rp600 hingga Rp700 saja.Kedepan, kata Jemmy, Bisi International juga akan mengembangkan bahan bakar ethanol dari jagung apabila perhitungan penggunaan bahan bakar bensin dirasa lebih mahal. Produksi dan pembuatan etanol dari jagung saat ini belum ekonomis karena ongkos produksinya masih tinggi sehingga harga jualnya belum lebih murah dibaehan bakar bensin.“Kami sedang mempelajari kemungkinan pemanfaatan jagung untuk pengembangan energi alternative berupa ethanol itu,” kata Direktur Keuangan Bisi International Setiadi Setiokusumo.Menurut Setiadi Setiokusumo, Bisi tengah mempelajari kemungkinan penggunaan ethanol sebagai pengganti solar dalam proses produksi. Upaya itu terus dilakukan agar Bisi bisa menekan biaya energi yang selama ini mencapai Rp2,2 miliar per bulannya. (*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007