Nakhon Ratchasima (ANTARA News) - Tambahan enam emas pada hari ketiga setelah upacara pembukaan SEA Games 2007, Minggu, masih belum cukup mengangkat posisi kontingen Indonesia ke posisi yang lebih tinggi dan masih berkutat di peringkat keenam. Dengan total 13 emas, 21 perak, dan 23 perunggu, Indonesia masih belum bisa menggeser Malaysia di urutan kelima dengan selisih dua emas, yaitu 15 emas, 14 perak, dan 30 perunggu. Posisi Indonesia hanya lebih baik dibanding negara yang selama ini memang tidak pernah tampil sebagai kekuatan utama di SEA Games dan lebih sebagai pelengkap, yaitu Myanmar, Laos, Kamboja, dan Brunei. Timor Leste menjadi satu-satunya kontingen yang belum memperoleh medali perunggu sekalipun. Tuan rumah Thailand tampaknya tidak akan kesulitan untuk mengukuhkan posisi sebagai juara umum dengan target total 150 medali emas. Sejauh ini, Thailand sudah meraup 66 emas, 58 perak, dan 41 perunggu, jauh meninggalkan pesaing terdekatnya Vietnam (29-14-39). Singapura yang muncul sebagai kekuatan baru di peta olahraga Asia Tenggara, benar-benar menangguk manfaat dengan menaturalasi atlet asal Cina. Negara yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari penduduk Jabotabek itu sudah mengumpulkan 23 medali emas, 20 perak, dan 14 perunggu. Sementara Filipina yang menjadi juara umum saat tuan rumah SEA Games 2005 Manila, hampir dipastikan tidak akan mampu mempertahankan gelar karena baru mengumpulkan 16 emas, 25 perak dan 44 perunggu. Sedih dan gembira mewarnai suasana kontingen Indonesia yang jauh-jauh hari sudah bertekad untuk setidaknya memperbaiki posisi dari urutan kelima di SEA Games 2005, yaitu peringkat terburuk sepanjang sejarah. Suka cita meliputi cabang angkat besi dan atletik yang kembali menyumbang medali emas, di saat beberapa cabang lain terpeleset. Cabang angkat besi kembali berjaya dengan menyumbang dua medali emas dari dua kelas yang diikuti melalui lifter putra Triyatno dan Edi Kurniawan. Di pertandingan yang belangsung di Nakhon Ratchasima Vocational College itu Triyatno yang tampil di kelas 62kg, mencatat angkatan total 290kg, mengalahkan harapan tuan rumah Thailand Niwat Kritphet (278kg) dan Naharudin Mahayudin dari Malaysia (265kg). Ketua Umum PB PABBSI yang kalah dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta, Agustus lalu, Adang Darajatun, tampak berbunga-bunga dan selalu mengumbar senyum. Sehari sebelumnya, Eko Juli Irawan mengawali sukses dengan meraih emas pertama melalui kelas 56kg, namun lifter putri Okta Dwi Pramita pada kelas 53kg harus puas dengan perak. Cabang angkat besi yang menargetkan empat emas, sementara sudah meraih tiga emas dan satu perak. Harapan untuk memenuhi atau bahkan melebihi target, masih terbuka mengingat masih ada enam lifter yang belum bertanding. Cabang atletik menyumbang medali keempat untuk kontingen Merah Putih melalui atlet maraton Yahuza yang tampil tercepat dengan catatan waktu dua jam 23 menit 46 detik di Stadion Utama Peringatan Ulang Tahun ke-80 Raja di Nakhon Ratchasima. Atlet berusia 24 tahun yang menyumbang emas untuk Bangka Belitung di PON 2004 Palembang itu mengungguli pelari Kamboja Bunting Hem yang tertinggal dengan selisih waktu tiga menit (2:26.28). Medali perunggu diraih atlet Filipina Eduardo Buenavista (2:27.21). Medali emas lainnya berasal dari atlet pencak silat Tuti Winarni (nomor tunggal putri), Freddy (wushu) dan rowing di kelas ringan empat pedayung putra. Nasib yang tidak menggembirakan dialami oleh cabang akuatik (renang, loncat indah, polo air) karena sampai saat ini masih belum bisa menyumbang satu pun medali dari total 43 emas yang diperebutkan. (*)
Copyright © ANTARA 2007