Kudus (ANTARA News) - Penyebaran penyakit chikungunya di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah kian mengkhawatirkan, setelah menyerang warga di salah satu desa kini penyakit itu menyerang tiga desa lain di Kecamatan Jekulo dan Jati.
"Ketiga desa tersebut, yakni Desa Gondoarum Kecamatan Jekulo, Desa Ngembal Kulon dan Tanjung Karang Kecamatan Jati. Penyebarannya tidak serempak, melainkan bergantian," kata Kabid Bina Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan Kudus, Abdul Aziz Achyar melalui staf P2PL DKK, Ruwisno, di Kudus, Sabtu.
Serangan chikungunya itu diperkirakan terjadi sejak bulan September akhir. Hanya saja menunjukkan peningkatan sejak Oktober, karena sejumlah warga di Desa Tanjung Karang terkena serangan cikungunya.
Pada bulan Nopember, serangan meningkat dan menyebar hingga ke dua desa, yakni Desa Ngembal Kulon, Kecamatan Jati dan Desa Gondoarum, Kecamatan Jekulo.
"Pada Bulan Desember ini serangan chikungunya masih juga terjadi, hanya saja data pasti jumlah pendertia belum ada," katanya.
Sementara ini, di sejumlah lokasi yang terdapat serangan chikungunya dilakukan pengasapan (fogging).
Menurut Ruwisno, cara paling ampuh memberantas nyamuk penyebar virus cikungunya, yakni memberantasnya saat masih lemah dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Diantarnya menguras bak air setiap pekan. Jentik nyamuk akan segera mati jika tersentuh tanah atau tidak lagi di penampungan," katanya menambahkan.
Hanya saja, masyarakat masih beranggapan "fogging" lebih efektif dibanding upaya lainnya. Padahal "fogging" hanya dapat membunuh nyamuk dewasa dan bukan membasmi secara tuntas. "Karena tidak semua tempat bisa di-`fogging`," katanya.
Hambali, warga Desa Ngembal Kulon, Kecamatan Jati, yang terserang chikungunya mengungkapkan, di desanya akhir-akhir ini memang sedang merebak gejala penyakit lumpuh layu itu.
Ia memperkirakan, jumlah warga yang merasakan gejala tersebut mencapai ratusan. Pasalnya, di setiap RW jumlahnya mencapai 100 kepala keluarga (KK).
Gejala yang umumnya dialami warga, yakni demam tinggi, pegal, linu di kaki dan tulangnya. Bahkan, ada yang mengalami kelumpuhan sesaat.
Sementara itu, Koordinator Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) Puskesmas Ngembal Kulon, Sugiyarti, mengakui adanya penyebaran penyakit chikungunya dalam jumlah besar.
"Hanya saja, baru diketahui sekarang, karena dari sekian banyak penderita chikungunya diketahui saat datang pada waktu demam saja," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007