Palembang (ANTARA) - Produsen dawet dan cincau di Kota Palembang menghabiskan satu ton bahan baku berupa sagu dan tepung beras setiap hari selama Bulan Ramadhan.

Salah satu pemilik sentra produksi cincau dan dawet di Kawasan 26 Ilir Palembang, Maganda, Kamis mengatakan permintaan pasar sangat tinggi setiap Bulan Ramadhan, usahanya sendiri dapat menghasilkan 300 bak cincau dan 200 liter dawet per hari.

"Cincau dan dawet ini kami distribusikan ke pasar-pasar tradisional, seperti Pasar KM 5, Pasar Lemabang, Pasar Soak Bato, Pasar 26 Ilir, Pasar Sekip, serta Pasar 16 Ilir," ujar Maganda.

Ia menjual dawet seharga Rp100.00 per-ember ukuran 20 liter dan cincau seharga Rp20.000 per kotak, harga tersebut naik dibanding tahun 2018 karena harga pokok bahan baku seperti tepung, daun cincau, daun suji dan kayu bakar merangkak naik.

Kebutuhan cincau, kata dia, memang sangat tinggi pada saat Bulan Ramadhan, bahkan banyak pedagang baru ingin memasok cincau-dawet darinya, namun tidak bisa dipernuhi lantaran cincau - dawet yang diproduksinya hanya bisa mencukupi permintaan pelanggan.

"Saya ingin menambah produksi tapi kurang modal, apalagi harga bahan baku maupun bahan pokok sudah naik semua," lanjutnya.

Meski demikian, ia mengaku tetap meraup omset jutaan rupiah setiap hari dari produksi cincau-dawet selama Ramadhan.

Ia mengaku sudah 30 tahun lebih pabriknya selalu memproduksi cincau-dawet hanya setahun sekali di bulan Ramadhan.

Dengan bantuan enam pegawainya, ia memulai proses produksi cincau dan dawet pada pukul 06.00 WIB, pertama - tama daun cincau direbus dahulu selama lima jam.

Setelah itu proses penyaringan untuk memisahkan ampas daun dan airnya, kemudian air cincau yang sudah disaring dimasak dengan dicampur tepung tapioka, proses memasaknya harus memakai kayu bakar.

Usai dimasak, cincau cair dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari plastik tebal berbentuk persegi panjang, lalu diamkan selama empat jam sampai membeku, cincau tersebut bisa awet selama 3-4 hari.

Sedangkan untuk pembuatan dawet, prosesnya dimulai dengan mencampurkan tepung beras, tepung tapioka, daun suji serta air, aduk rata, lalu direbus sampai semuanya mengental.

Setelah mengental, adonan dawet dicetak menggunakan alat pencetak khusus yang terdapat ubang-lubang kecil, adonan ditekan perlahan sampai keluar dawet.

Baca juga: Bubur suro tradisi khas Palembang tiap Ramadhan
Baca juga: Pemasok kebutuhan pokok di Palembang kewalahan
Baca juga: Produksi cincau di Madiun meningkat saat Ramadhan

Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019